News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berdampak Buruk Terhadap Perkembangan, Orangtua Diimbau Awasi Anak Saat Main Game di Smartphone

Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Anak kecil bermain Mobile Legends (ML), Bandung, Senin (23/4/2018). (Foto ini tidak ada kaitannya dengan berita yang ditayangkan).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) mengeluarkan imbauan kepada para orangtua agar melakukan pengawasan terhadap anak-anak yang bermain video game.

Hal tersebut menyusul keluarnya pernyataan dari WHO yang menyebutkan kecanduan game merupakan satu gangguan mental.

Tidak hanya itu, video game yang dimainkan melalui perangkat teknologi seperti smartphone dan komputer dianggap membawa efek negatif bagi perkembangan anak.

Baca: Airlangga Hartarto Buka Rapat Pleno Bappilu Partai Golkar

Terlebih lagi jika anak terjerumus untuk rela menghabiskan waktunya bermain video game ketimbang aktivitas lainnya.

"Bermain video game secara wajar itu tidak masalah. Yang jadi masalah bila pemainnya lupa waktu, lupa makan dan lebih sering menghabiskan waktunya untuk gaming," kata Plt Deputi Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Ghafur Dharmaputra dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa(18/12/2018).

Para orang tua harus mengenali ciri-ciri bila anak terindikasi kecanduan bermain game.

Baca: Sekjen Demokrat Bantah Persekusi Pelaku Perusakan Atribut Partai di Pekanbaru

Menurut Ghafur, cirinya bisa ditandai dengan ketidakmampuan anak untuk mengendalikan kebiasan bermain video game, memprioritaskan video game di atas kegiatan lain, termasuk belajar serta berkomunikasi.

Terakhir anak akan sangat marah dan panik bila dijauhkan dari video game, meski sudah diperingatkan tentang akibat negatif permainan tersebut.

Namun, lanjut Ghafur, kecanduan bermain game ada derajatnya sendiri.

Kita tidak boleh secara langsung menyatakan si pemain game tersebut mengalami gangguan mental.

"Kita tidak bisa langsung mendiagnosis anak kita punya gangguan mental, seperti gaming disorder. Yang berhak memutuskan adalah ahlinya, seperti psikolog dan psikiater,” kata Ghafur.

Baca: Dalam Rangka Hari Ibu, Mamiek Soeharto Buka Kejuaraan Bola Voli Putri Srikandi Pemuda Pancasila

Sebagai solusi dan antisipasi, Ghafur mengimbau kepada para orang tua untuk mulai memberi pengertian pada anak-anaknya bahwa terlalu lama bermain video game itu sangat tidak baik.

Untuk pengalihannya, lanjut Ghafur, orang tua harus lebih intensif dalam membangun komunikasi dengan anak.

“Berilah kehangatan pada anak-anak kita, biasakan berkomunikasi dengan baik dengan mereka dan yang paling penting, bila anak anda dalam fase bermain adalah luangkan waktu khusus untuk bermain secara langsung dengan anak anda,” ujar Ghafur.

Sekarang ini, permainan video game sudah berkembang sangat cepat, apalagi sudah bersifat multi platform, di mana internet dan gawai pintar menggurita dan menjaring semua manusia termasuk anak-anak hingga balita, sebab itu pengawasan orang tua jadi sangat penting dan perlu ditekankan.

“Jangan sampai orang tuanya pun kecanduan untuk bermain video game. Semuanya harus wajar dan seimbang. Orang tua harus mengawasi anaknya dengan bijak dan arif,” kata Ghafur.(Willy Widianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini