Wakil Ketua MPR RI Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, M.A (HNW) mengapresiasi dan mendukung rencana generasi muda Islam Indonesia yang tergabung dalam organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang akan terlibat langsung menjadi relawan memantau dan mengawasi pelaksanaan pemilu 2019.
Hal tersebut diungkapkan HNW usai mendengar langsung rencana tersebut dari Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) KAMMI Irfan Ahmad Fauzi dalam acara audiensi antara HNW dan delegasi PP KAMMI, di ruang kerja Wakil Ketua MPR RI, di Gedung Nusantara III, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (27/12/2018).
“Saya sangat apresiasi dan dukung rencana tersebut, dan memang inilah harapan kita semua kiprah generasi muda mahasiswa Islam yang tidak hanya teori tapi aksi dan menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa,” ujar HNW.
Kiprah positif generasi muda Islam Indonesia KAMMI tersebut, menurut HNW, juga untuk menjawab berbagai kesalahpahaman tentang Islam seperti radikal, non NKRI, non pancasila dan lainnya.
“Ada lagi kiprah KAMMI sebagai generasi muda Islam Indonesia yang positif yang saya ketahui sangat luarbiasa seperti menjadi relawan bersama elemen masyarakat dan elemen pemuda berbeda agama dan suku lainnya, langsung ke lokasi bencana Tsunami yang memporak porandakan wilayah pesisir Banten, Jawa Barat. Hal-hal baik seperti itu harus diperhatikan generasi muda Islam Indonesia sebab jika diam saja maka kesalahpahaman-kesalahpahaman tentang Islam akan terus ada,” terangnya.
HNW juga mengingatkan hal tersebut sangat penting. Kiprah dan peran generasi muda Islam Indonesia saat ini untuk bangsa dan negara harus lebih baik dari kiprah dan peran para generasi muda Islam Indonesia di era perjuangan dahulu.
“Sekali lagi saya tegaskan peran KAMMI mengawasi dan memantau pemilu 2019 itu adalah menjadi begian dalam mensukseskan pemilu 2019 supaya betul-betul demokratis dan supaya betul-betul mengarah kepada seperti yang dikatakan Bapak Habibie ke demokrasi proporsional, demokrasi suara terbanyak yang tidak lagi mengenal dikotomi mayoritas minoritas. Jika memang dalam kompetisi demokrasi seperti pemilu elemen mayoritas menang, bukan berarti rekayasa politisasi elemen tertentu sehingga menjadi menang,” tandasnya.(*)