TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Kehadiran NU Peduli dalam penanganan dampak tsunami Selat Sunda di Banten disambut rasa syukur masyarakat. Yutikah, perwakilan warga Desa Tanjungsari, Pandeglang mengatakan terima kasih kepada NU Peduli yang terus mendampingi mereka.
"Terima kasih kepada NU Peduli, kepada Bapak-bapak dari Banser juga. Kami mendoakan semoga lancar bisa mengirim bantuan ke yang lain tidak hanya ke kami saja,” kata Yutikah.
Ia menuturkan dirinya masih bertahan di pengungsian bersama 150 warga lainnya. Karena itu, mereka masih memerlukan bantuan seperti bahan makanan, perlengkapan bayi dan ibu hamil, serta obat-obatan.
“Dalam dua hari ini banyak yang mulai terserang pilek, batuk, masuk angin,” ujarnya.
Mayoritas warga desa yang rumahnya di pesisir pantai hancur tergulung ombak tsunami. “Rumah pada jebol yang di pantai,” cerita Sri Wahyuni warga lainnya.
Ia menceritakan pada malam terjadinya tsunami, dirinya sudah berada di dalam kamar hendak beritirahat. Namun, mendadak terdengar suara teriakan dari arah jalan di depan rumahnya.
"Dari arah jalan terdengar motor ramai. Lari semuanya. Saya nggak ingat apa-apa lagi yang penting menyelamatkan diri,” tuturnya.
Sri Wahyuni harus berlari bersama warga lainnya karena suaminya masih bekerja. “Saya kecapekan karena harus lari-lari,” imbuhnya.
Ia mengaku tinggal di pengungsian lebih aman karena tempat mereka mengungsi berada di daerah paling tinggi. Sama seperti kebanyakan warga lainnya, ia masih trauma dengan kejadian tsunami, terlebih ada isu akan datang tsunami susulan.
Laporan tim NU Peduli dari Desa Kertamukti, Kecamatan Sumur, Pandeglang mengungkapkan banyak perahu terseret ombak dan bergeser jauh dari lokasi semula.
Selain itu pepohonan di daerah pantai di desa tersebut juga tampak roboh. Berdasarkan penuturan warga terjangan ombak di Kecamatan Sumur ini mencapai tujuh sampai sepuluh meter.
Anggota Banser dan Ansor terus melakukan evakuasi dan pencarian jenazah di daerah tersebut. Sementara bantuan logistik dan pelayanan kesehatan juga terus dilakukan oleh NU Peduli.
Bekerjasama dengan PWNU Banten, NU Peduli membuka posko layanan distribusi bantuan dari masyarakat. Distribusi bantuan melalui NU Peduli sampai ke tempat korban dan tepat sasaran.
"Dalam mengelola bantuan ini tidak terburu-buru, tapi berdasarkam pemetaan dan data agar tepat sasaran,” kata Sekretaris PWNU Banten Amas Tajudin.
Selain itu, bantuan NU Peduli juga menjangkau daerah-daerah terpencil dan terisolir terdampak tsunami Selat Sunda termasuk di Kecamatan Sumur, Ujung Jaya, dan Tanjung Jaya.
Sebelumnya Ketua NU Care-LAZISNU, Achmad Sudrajat mengatakan selain memberikan bantuan logistik dan pelayanan kesehatan, NU Peduli juga akan segera mendirikan hunian dan klinik untuk para korban tsunami Selat Sunda.
Pembangunan keduanya akan dimulai jika situasi di wilayah yang terkena bencana sudah memungkinkan, dan dilakukan secara bertahap.
Pernyataan tersebut disampaikan pengurus Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU), Achmad Sudrajat yang juga bagian dari tim NU Peduli.
NU Peduli, kata dia, adalah wadah seluruh lembaga dan Banom NU yang terlibat dalam membantu para korban keganasan tsunami di Banten dan Lampung.
“Alhamdulillah Banser, LPBI, Pagar Nusa, LKNU, LPDNU sudah siap siaga di lapangan. Yang disalurkan NU Peduli adalah barang, karena yang dibutuhkan barang. Barang sudah selesai, ganti bangun hunian. Hunian sudah selesai, ganti klinik dan sebagainya,” kata Sudrajat saat ditemui usai Pengajian Bulanan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) di halaman Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat, Selasa (25/12) malam.
Ia menambahkan, NU Peduli juga sudah menerjunkan 200 anggota ke lokasi tsunami di Banten dan Lampung. Ia berharap, kesulitan yang menimpa masyarakat Banten dan Lampung bisa segera teratasi.
Sebelumnya, NU Peduli mengirimkan sejumlah barang, antara lain pakaian, minuman dan kebutuhan mendesak lainnya.
Menurutnya, saat ini yang sangat dibutuhkan korban adalah air bersih dan obat-obatan. “Untuk itu sesegera mungkin NU Peduli mengirimkannya,” lanjutnya.
Tim NU Peduli yang diterjunkan ke lapangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Lampung dan Banten.
Mereka bahu-membahu membantu masyarakat dan pemerintah meringankan penderitaan korban. Dalam tim ini, hampir seluruh banom dan lembaga NU ikut terlibat penuh, semua saling melengkapi.