TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bencana letusan Gunung Anak Krakatau yang disusul dengan gelombang tsunami tinggi yang terjadi di perairan Selat Sunda, mencakup wilayah Banten dan Lampung Selatan, pada Sabtu (22/12/2018) lalu, belum berakhir.
Puluhan ribuĀ orang mengungsi dan ratusan nyawa hilang.
Kamis (3/1/2018) pagi kemarin, Gunung Anak Krakatau kembali mengeluarkan muntahan erupsi dengan kolom abu imbas erupsi yang mencapai 2.000 meter dari puncak gunung.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda juga masih terus aktif.
Sejak Jumat (4/1/2019) dinihari pukul 00.00 WIB hingga pagi ini tercatat 13 kali terjadi gempa letusan dengan amplitudo 15-22 mm dan durasi 40-110 detik.
Juga terpantau adanya gempa embusan sebanyak 5 kali dengan amplitudo 14-21 mm dan durasi 35-65 detik.
Selain itu masih tercatat adanya gempa mikro tremor (tremor menerus) dengan amplitudo 2-21 (dominan 6 mm).
Baca: Tanggap Darurat Pasca Tsunami di Lampung Selatan Diperpanjang hingga 19 Januari 2019
Data di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, hingga hari Rabu (2/1/2019), jumlah warga terdampak tsunami Selat Sunda yang mengungsi bertambah.
Pada 31 Desember 2018, data BNPB menyebutkan 33.721 jiwa mengungsi dan data terbaru menunjukkan jumlah pengungsi sebanyak 36.923 orang.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Humas BNPB, jumlah pengungsi paling banyak berada di wilayah Pandeglang sebanyak 22.111 orang pengungsi dan di Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 7.868 pengungsi.
Sementara korban jiwa, hingga Rabu lalu mencapai 437 orang meninggal dan 7.200 korban luka-luka.
Tribunnews.com bekerjasama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengajak pembaca berpartisipasi memberikan donasi sebagai bentuk kepedulian bagi para korban bencana tsunami di Banten, Lampung dan sekitarnya.
Dompet kemanusian Tribunnews.com dan ACT bisa disalurkan melalui rekening donasi BNI Syariah dengan nomor 8660291018120040 atas nama Aksi Cepat Tanggap khusus kerja sama Tribunnews.com terkait tsunami Banten dan Lampung.