TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga amil zakat nasional Baitulmaal Muamalat (BMM) menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) Program Beasiswa Tahfizh Muamalat untuk 300 santri dari 21 pesantren di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat.
Penandatanganan MoU Program Beasiswa Tahfizh Muamalat ini dilakukan oleh Direktur Eksekutif Baitulmaal Muamalat Teten Kustiawan bersama perwakilan dari 21 pesantren di sela acara kegiatan donor darah dan santunan anak yatim bertajuk Mitra Matraman Peduli Sesama yang digelar di BMM Building di kawasan Matraman, Jakarta, Jumat (18/1/2019).
Teten Kustiawan mengatakan, ke-300 santri dari 21 pesantren yang berpartisipasi di program ini merupakan hasil penyaringan dari sekitar 100 pesantren di Tanah Air yang mengajukan permohonan kerjasama beasiswa dari BMM.
"Kita mendata pesantren yang santrinya menjadi calon penerima beasiswa. Kita saring dari pesantren yang uang bulanan siswanya di bawah Rp 800 ribu per bulan untuk kemudian kita berikan beasiswa tahfizh," ungkap Teten Kustiawan.
Teten menjelaskan, 300 santri penerima beasiswa tahfizh dari BMM ini merupakan angkatan pertama. Peserta dari pesantren di paling timur Indonesia berasal dari Lombok Tengah.
Lewat program beasiswa tahfizh ini BMM membiayai kebutuhan SPP siswa beserta uang saku bulanannya.
"Alhamdulillah dari program tahfizh pesantren ini kita juga memberikan bekal keterampilan untuk yang sudah selesai mengikuti programnya. Jika ada yang ingin masuk ke jalur ulama, kita berikan beasiswa sarjana. Di luar 21 pesantren ini kita juga jalin kerjasama dengan pesantren di Riau," ungkap Teten.
Untuk asesmen pesantren-pesantren yang berhak menerima kerjasama beasiswa tahfiz dari BMM, pihaknya bekerja sama dengan cabang-cabang Bank Muamalat di daerah setempat. Proses asesmen berlangsung selama dua pekan dan pesantren yang bisa berpartisipasi di program ini disyaratkan sudah berdiri minimal 2 tahun.
"Kita mendapati temuan bahwa 50 persen pendaftar tahfiz ini adalah anak anak dari keluarga kelas menengah ke atas," jelas Teten.
Baca: Mitsubishi Sebut Biaya Perawatan Xpander Lebih Murah Ketimbang New Avanza, Apa Saja Buktinya?
BMM merupakan lembaga amil zakat nasional yang didirikan oleh Bank Muamalat pada 16 Juni 2000. Lembaga ini merupakan pengelola zakat resmi yang ditunjuk pemerintah untuk menghimpun dan menyalurkan dana Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) dari umat kepada para mustahik yang layak menerimanya.
Teten Kustiawan menjelaskan, sampai Desember 2018 BMM mengelola dana umat sebanyak Rp 28 miliar. Tahun 2019 ini dana kelolaan dari umat yang masuk diproyeksikan naik menjadi 77 miliar. "Laporan keuangan kita sudah diaudit dengan opini wajar tanpa pengecualian," ungkapnya.
Untuk menjaring zakat dari masyarakat, BMM manfaatkan layanan e channel seperti m-banking dan mobile banking selain juga melalui layanan konvensional.
Selama lebih dari 18 tahun berkiprah, BMM selalu berusaha melakukan tata kelola yang baik terutama dalam hal pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat, infaq, wakaf dan sedekah ( ZISWAF) guna meningkatkan kesejahteraan umat melalui program-program yang inovatif, kreatif dan berkesinambungan, mencakup bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dakwah, kemanusiaan serta wakaf produktif.
Baca: Ketinggalan KRL Terakhir Tujuan Bogor, Nanda Tewas Dikeroyok Saat Akan Bermalam di Rumah Temannya
Sasaran BMM saat ini adalah perusahaan maupun lembaga di area kompleks perkantoran tersebut untuk menumbuhkan rasa peduli dan siap berbagi kepada masyarakat disekitar lingkungan perkantoran.
Di kegiatan 'Mitra Matraman Peduli Sesama' BMM juga menggelar kegiatan pemberian santunan untuk 100 anak yatim dan dhuafa dari warga sekitar kegiatan donor darah bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dengan 100 orang peserta.
Turut hadir di acara ini, Anggota Pembina Yayasan Baitulmaal Muamalat sekaligus Direktur Kepatuhan dan Manajemen Resiko PT Bank Muamalat Indonesia Tbk., Andry Dony.