News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Buku Terakhir Sayidiman Untuk Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla

Penulis: FX Ismanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Rakyat Merdeka Online (RMOL) Teguh Santosa, yang juga aktivis Muhammadiyah, menerima buku MASYARAKAT PANCASILA dari penulisnya Letjen TNI (Pur) Sayidiman Suryohadiprojo dalam acara BUKA TAHUN BARU BERSAMA KE-14 Paguyuban Wartawan Katolik di Gedung Dwi Warna, Lemhannas RI, Jumat (25/01/2019). Teguh Santosa diminta oleh Ketua PWKI AM Putut Prabantoro (tengah) untuk meneruskan serta menyerahkannya kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagaimana dikehendaki oleh penulis buku.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh perang kemerdekaan Letjen (purn) Sayidiman Suryohadiprojo memberikan buku yang ditulisnya, berjudul “Masyarakat Pancasila”, kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Sedianya, kedua buku itu akan diserahkan kepada Jusuf Kalla dalam kegiatan “Buka Tahun Baru Bersama Ke-14 Tahun 2019” yang digelar Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) di Gedung Dwi Warna Lemhanas RI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Jumat malam (25/1/2019).

Buku Terakhir Sayidiman Untuk Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla. (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Karena Jusuf Kalla berhalangan dalam kegiatan itu, maka Sayidiman menyatakan hendak menitipkan buku tersebut kepada dua wartawan yang masing-masing mewakili Jokowi dan JK.

Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Tri Agung Kristanto, yang menjadi pembawa acara dalam kegiatan itu lantas memanggil dua wartawan, Teguh Santosa dan Algooth Putranto.

Teguh didaulat mewakili Jokowi, sementara Algooth mewakili JK.

Buku Terakhir Sayidiman Untuk Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla. (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Sebelum menyerahkan buku itu, Sayidiman yang lahir di Bojonegoro pada 21 September 1927 itu menyampaikan keprihatinan dan kekhawatirannya melihat perjalanan bangsa sejauh ini.

“Bisa jadi ini buku terakhir saya. Saya ingin mengatakan sesuatu dengan buku ini. Kita belum juga mencapai apa yang sudah kita cita-citakan ketika kemerdekaan negara ini diproklamasikan,” ujar mantan Gubernur Lemhanas 1974-1978 ini.

Sayidiman mengingatkan bahwa dulu Indonesia lebih maju dari Korea Selatan. Tetapi kini Indonesia harus menerima kenyataan bahwa Korea Selatan telah lebih maju.

“Dan bisa-bisa kita akan dilampaui oleh Vietnam,” ujar mantan Dubes RI untuk Jepang ini.

Buku Terakhir Sayidiman Untuk Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla. (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Sayidiman yang pernah menjadi anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dari tahun 1990 hingga 1995 ini kembali mengingatkan betapa persatuan nasional dibutuhkan agar Indonesia benar-benar mengisi kemerdekaan dengan pembangunan.

Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) pada tahun 2012 hingg 2097 ini mengatakan, tidak ada manusia yang sempurna.

“Semua orang memiliki kehebatan, dan semua orang memiliki kekurangan. Karena itulah kita harus bersatu,” ujar Sayidiman denga suara tetap menggelegar meski usia telah mencapai 91 tahun di hadapan lebih dari 200 wartawan Katolik yang hadir di situ.

Buku “Masyarakat Pancasila” yang diterbitkan oleh Penerbit Altheras ini ditulis Sayidiman tahun lalu di tengah kegelisahan yang kini menghantuinya.

“Saya titipkan buku ini agar disampaikan kepada Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla,” kata dia lagi.

Buku Terakhir Sayidiman Untuk Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla. (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Dua tokoh wanita yakni mantan Ibu Negara Sinta Nuriyah Wahid dan pengusaha kosmetik Martha Tilaar, juga hadir.

Selain mereka bertiga, tokoh-tokoh senior lain yang menerima tropi kehormatan dari PWKI adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla, Martha Tilaar, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif, mantan Rais Syuriah PBNU Ahmad Mustofa Bisri, dan tokoh Katolik, Harry Tjan Silalahi.

Sebelum didaulat “mewakili” Presiden Jokowi, wartawan senior dan Pemimpin Umum RMOL Network Teguh Santosa juga diminta panitia untuk menyerahkan tropi kehormatan kepada tokoh Katolik yang juga tokoh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Hary Tjan Silalahi.

Karena berhalangan hadir, Hary Tjan Silalahi diwakili peneliti senior CSIS, J. Kristiadi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini