TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengatakan puisi yang dibuatnya berjudul 'Doa yang Ditukar' hingga saat ini terus dipelintir untuk menjadi komoditas politik.
Kata 'kau' dalam puisi tersebut diarahkan seolah-oleh tertuju pada ulama KH Maimoen Zubair (Mbah Moen).
Padahal menurut Fadli bahasa dalam pusisi tersebut sangat sederhana dan kata 'kau' di dalamnya bukan ditujukan kepada Mbah Moen.
"Tak perlu punya keterampilan bahasa yang tinggi untuk mengetahui siapa “kau”, “kami” dan “-Mu” di situ. Apalagi, dalam bait ketiga, saya memberikan atribut yang jelas mengenai siapa “kau” yang dimaksud oleh puisi tersebut," kata Fadli dalam keterangan tertulisnya, Minggu (17/2/2019).
Menurut Fadli kata ganti 'kau' dalam pusinya itu ditujukan kepada penguasa bukan Mbah Moen. Sehingga, tudingan bahwa pusi itu diujukan kepada mbah Moen, sangatlah mengada-ngada.
"Tuduhan tersebut bukan hanya telah membuat saya tidak nyaman, tapi juga mungkin telah membuat tidak nyaman keluarga KH Maimoen Zubair. Kami dipaksa seolah saling berhadapan, padahal di antara kami tidak ada masalah dan ganjalan apa-apa," katanya.
Baca: Fadli Zon Sebut Puisi Doa yang Ditukar Terus Digoreng Untuk Fitnah Dirinya
Fadli mengatakan bahwa ia telah menyampaikan klarfikasinya tersebut kepada putra Maimoen Zubair, yakni KH Muhammad Najih Maimoen. Pihak keluarga menerima klarfikasinya itu.
"Tanpa klarifikasi dari sayapun, beliau sendiri berpandangan jika kata ganti “kau” memang ditujukan kepada orang lain, bukan Mbah Moen. Beliau juga menjelaskan jika aksi massa yang telah menggoreng isu ini bukan berasal dari kalangan santrinya, melainkan digoreng oleh pihak luar," katanya.