TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dakhiri mempersilakan kepada seluruh jajarannya untuk menggunakan sarung setiap hari Jumat.
Meski begitu, Hanif tidak mewajibkan aturan tersebut.
"Monggo kalau di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan hari Jumat pake sarung itu terserah, saya tidak mewajibkan bersarung tapi kalau mau pake saya persilakan," kata Hanif dalam acara Hari Sarung Nasional di Kemenaker RI, Jakarta Selatan, Jumat (1/3/2019).
Hanif berkelakar, sarung termasuk pakaian yang punya sifat demokratis cukup tinggi. Sebab agar bisa merasakan segar dan adem yang memakainya cukup mengibas-kibaskannya saja.
"Sarung ini termasuk pakaian yang demokratis lho, kan tinggal dikibas-kibas (contohin), seger sudah," kelakar dia.
Dia juga tidak merasa penggunaan sarung dalam kehidupan sehari-hari bisa mengganggu mobilitas pemakainya.
"Nggak lah mau balapan lari sama aku apa?," kata Hanif sambil berlari untuk mencontohkan.
Menurutnya, sarung dulu identik dengan santri, alat perlengkapan ibadah dan punya citra "kampungan", kini tidak lagi berlaku.
Sebab sarung bisa dijadikan sebagai pilihan fashion dalam segala aktivitas. Sarung juga tidak lagi identik dengan orang tua, kaum milenial pun bisa menjadikan sarung sebagai opsi pakaian untuk tetap tampil keren.
Baca: Komisioner KPU akan Temui Pengunjukrasa
Apalagi, Indonesia kaya dengan corak khas kain sarung dari berbagai macam budayanya. Hal ini bisa jadi potensi ekonomi sekaligus budaya yang membanggakan.
"Jadi artinya kita harus keluarkan dari citra yang negatif citra yang dianggap mewakili kelompok tertentu. Ini untuk semua orang karena budaya nasional kita," tegas dia.
Untuk itu Hanif berharap budaya memakai sarung dalam aktivitas sehari-hari bisa terus di jaga, sehingga secara tidak langsung bisa memberdayakan para perajin sarung, dan membuka lapangan kerja baru.
"Kita berharap budaya sarung ini makin tua di Indonesia dan tentu secara ekonomi dan lapangan kerja juga memberikan dampak positif," pungkasnya.