Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Merespon perintah Presiden Jokowi untuk fokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), Kementerian Riset Teknologi dan Pendididikan Tinggi (Kemristekdikti) kembangkan pendidikan vokasi.
Hal tersebut dinyatakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemristekdikti, Ainun Na'im saat menjadi pembicara dalam acara Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (12/3/2019).
Ainun mengaku saat ini Kemristekdikti tak lagi hanya memberikan ijasah kepada para pelajar yang lulus kuliah, tetapi juga memberikan sertifikat keahlian.
Sertifikat itu tentunya diakui oleh asiosiasi industri, karena saat ini beberapa perguruan tinggi yang membuka jurusan vokasi bekerja sama dengan industri.
Baca: Menhub Targetkan Pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga Tahap 1 Selesai April
"Nah program-program kita, terutama yang vokasi, itu kita bangun sedemikian rupa, sehingga mahasiswa itu tidak hanya mendapatkan ijasah yang terkait dengan gelarnya, tapi juga mempunyai sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi ini beda dengan ijasah, karena sertifikat kompetensi ini adalah sertifikat yang diakui oleh tidak hanya kampusnya, tetapi juga industri. Kalau di dokter itu ada sertifikat kompetensi dokter. Demikian juga dengan ahli lainnya, apakah dia itu mengelas, merakit, atau apa pun," kata Ainun Na'im.
Kebutuhan sertifikat tersebut, selain untuk mengembangkan pendidikan tinggi di bidang vokasi, juga untuk memenuhi kebutuhan para pelaku industri.
"Perusahaan-perusahaan atau lembaga-lembaga yang memerlukan tenaga kerja, itu semakin memgutamakan skill/kompetensi dan tidak begitu memperhatikan ijasah. Nah program-program kita, terutama yang vokasi, itu kita bangun sedemikian rupa, sehingga mahasiswa itu tidak hanya mendapatkan ijasah yang terkait dengan gelarnya, tapi juga mempunyai sertifikat kompetensi," ucap Ainun Na'im.
Program hasil kerja sama antara pihak industri dan perguruan tinggi tersebut dinamakan revitalisasi politeknik Indonesia.
Ainun Na'im menambahkan, kurikulum pendidikan vokasi juga berubah.
Kurikulum disesuaikan agar para pelajar memiliki keterampilan kualitas baik.
"Revitalisasi politeknik juga mengubah kurikulum, sehingga mahasiswa itu paling tidak 50 persen dari mata kuliah itu praktek. Kita mengenalnya dengan tiga dua satu, tiga smester di kelas, dua smester di industri, dan satu smester bisa kembali ke kelas. Sebagai contoh, kita memiliki Politeknik Batam. Itu punya program studi perawatan pesawat, dia partnership dengan Lion Air ya," tutup Ainun Na'im.