News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu 2019

Mata Rakyat Tegaskan Pemilu 2019 Harus Jadi Momentum Peradaban Demokrasi Indonesia

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diskusi bertema Peta Konflik dan Ancaman Delegitimasi Hasil Pemilu 2019 yang diadakan di Jakarta, Kamis (14/3/2019).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Mata Rakyat (Mara) Bayu Adi Permana menegaskan pemilihan umum (Pemilu) 2019 harus bisa menjadi momentum bagi peradaban demokrasi Indonesia.

Bayu mengingatkan semua pihak, terutama mereka yang ikut dalam kontestasi, bahwa Pemilu bukan hanya persoalan menang atau kalah. “Pemilu harus dipahami sebagai komitmen kita kepada demokrasi, hukum dan etika kebangsaan,” ujarnya di Jakarta, Selasa (13/3/2019).

Lebih lanjut, Bayu mengatakan untuk menciptakan peradaban demokrasi yang baik, penyelenggara pemilu juga harus menyelesaikan berbagai persoalan menyangkut pemilu.

Misalnya, seperti data pemilih yang tidak akurat, munculnya warga negara Asing dalam daftar pemilih tetap (DPT), minimnya kepercayaan kepada penyelenggara, atau netralitas aparat pemerintahan.

“Persoalan-persoalan itu jika tidak segera dibenahi akan menjadi bom waktu bagi legitimasi pemilu,” ujarnya.

Baca: KPU Yakin Gempuran Aksi Peretasan Tak Ganggu Penghitungan Surat Suara

Bayu juga mengingatkan bahwa Pemilu 2019 seyogyanya menjadi pembuktian komitmen kebangsaan bersama, yakni dengan menjauhi isu-isu saling menyerang dan menempatkan masing-masing pihak dalam titik ekstrem.

Oleh karena itu, masyarakat perlu menjaga dan mengawal setiap proses pemilu secara bersama dari tindakan-tindakan yang dapat merusak peradaban demokrasi Indonesia ini.

“Untuk meningkatkan kualitas demokrasi tersebut, maka perlu kiranya masyarakat berperan aktif dalam memantau setiap tahapan pemilu dan mengawasi kinerja penyelenggara pemilu secara konstruktif,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini