Terjang sembilan kelurahan
Banjir bandang ini menerjang sembilan kelurahan di Kabupaten Sentani.
Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, mengungkapkan lebih dari 1.000 warga Sentani dievakuasi ke kantor bupati dan rumah dinasnya.
Banjir bandang yang terjadi di malam hari membuat para warga tidak mempersiapkan diri, sehingga yang diperlukan saat ini adalah kebutuhan pokok.
"Karena tengah malam musibah ini, jadi ada yang dalam kondisi tidur, belum siap sama sekali, mereka hanya keluar membawa baju yang di badan," ujar Mathius kepada BBC News Indonesia.
Hingga Minggu (17/03) pukul 10.00 WIB, tercatat dampak banjir bandang yang menerjang sembilan kelurahan di Kabupaten Sentani, Papua, sebanyak 50 orang meninggal dunia dan 59 orang luka-luka.
Lebih jauh, Mathius menerangkan bahwa kebutuhan air juga terkendala karena sumber air berasal dari Gunung Cyclop, sehingga dibutuhkan tangki air bersih untuk kebutuhan warga dan keperluan rumah sakit yang menampung korban luka-luka.
Kepala Humas Polda Papua Ahmad Musthofa Kamal mengatakan tiga lokasi yang terdampak parah akibat terjangan banjir bandang ini adalah di sekitar bandara, perumahan Bintang Timur dan sekitar lapangan udara.
Sebagian besar wilayah yang terdampak hingga kini masih tertutup lumpur material banjir. Diperkirakan masih banyak korban yang terperangkap materi lumpur.
"Air masih mengalir cukup deras tapi perlu diwaspadai. Kita masih melakukan pencarian," kata dia.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan dari 50 orang meninggal dunia, 38 jenasah dibawa ke RS Bhayangkara Polda Papua, 7 jenasah di RS Marthin Indey, dan 5 jenasah di RS Yowari.
Sebanyak 49 korban sudah berhasil diidentifikasi sedangkan satu jenasah masih dalam proses identifikasi.Sementara 59 orang luka-luka yang dirujuk ke PKM Sentani, RS Bhayangkara dan RS Yowari. Dinas Kesehatan Jayapura dan Dinas Kesehatan Papua mengkoordinir penanganan tim medis bagi korban.
Namun, Sutopo menuturkan data korban ini masih akan bertambah karena pendataan masih dilakukan.