TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP) Viktor S Sirait menginisiasi penyelenggaraan tasyakuran atas keberhasilan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin meraih suara tertinggi dalam versi hitung cepat atau quick count pada kontestasi Pilpres 2019.
"Kita mengadakan syukuran atas kemenangan Jokowi-Ma'ruf seperti yang sudah kita lihat di quick count," kata Viktor di Markas Besar Bara JP, Jalan Cawang Baru Nomor 3, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (21/4/2019).
Dalam kesempatan ini, ia meminta agar semua pihak hendaknya membuka data mentah dan metodologi penelitian yang digunakan dalam quick count ataupun real count. Hal itu harus dilakukan, semata demi menjaga kedamaian masyarakat, agar tidak terjadi disinformasi dalam merespons hasil pemungutan suara Pemilu serentak yang digelar 17 April 2019.
Seperti diketahui, Sekjen Perhimpunan Survei Opini Publik (Persepi) Yunarto Wijaya telah menyatakan bahwa semua lembaga-lembaga survei yang melakukan quick count dalam Pilpres 2019, bersedia membuka data mentah dan metodologi quick count yang mereka lakukan.
Maka itu, Viktor mendesak agar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, hendaknya juga ikut membuka data mentah dan metodologi yang digunakan dalam quick count maupun real count.
“Sehingga sampai pada kesimpulan, bahwa paslon 02 memperoleh 55 persen suara, kemudian naik menjadi 62 persen, dan terakhir menjadi 65 persen, berkat perhitungan melalui 300 ribu sampel Tempat Pemungutan Suara (TPS),” ucapnya.
Dalam kesempatan ini BaraJP meminta, para pakar statistik dan ilmu politik di berbagai perguruan tinggi Indonesia, segera membentuk tim penilai untuk ‘mengadili’ pembukaan data mentah para anggota Persepi, maupun lembaga survei versi paslon 02 Prabowo-Sandiaga.
“Pengadilan oleh para pakar statistik dan ilmu politik yang benar-benar netral, niscaya memberi kedamaian bagi masyarakat, sehingga masyarakat tidak lagi terombang-ambing dalam persepsi yang tidak jelas. Seyogyanyalah, para ilmuwan berjalan di depan, laksana memegang obor dalam kegelapan malam. Selanjutnya, biarkan masyarakat menilai dan menentukan sikap sendiri,” tegasnya.
“Apabila semua pihak tidak segera membuka data mentah masing-masing, maka berita hoaks yang terus-menerus digaungkan, lama-kelamaan, bagi masyarakat bisa menjadi berita yang seakan-akan benar. Ini persis seperti yang dilakukan Adolf Hitler, melalui Menteri Penerangan Publik dan Propaganda Joseph Goebels,” sambungnya.
Viktor mengimbau, keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sudah final, hendaknya tetap dijaga baik oleh semua pihak.
“Mengutip wejangan KH Zainuddin MZ, kebangsaan adalah laksana gelas, apabila sempat pecah maka tidak bisa diperbaiki seperti semula. Lem kualitas apa pun tak akan bisa mengembalikan gelas pecah menjadi utuh kembali,” imbuhnya.
Menurut dia, memberi contoh, jelas jauh lebih baik ketimbang memerintah. Maka itu ia mengingatkan pada elit politik, hendaknya memberi contoh yang baik kepada masyarakat, ihwal kesiapan dalam mengikuti pesta demokrasi 5 tahunan. Kesiapan itu tentunya, siap menjadi pemenang, dan secara demokratis juga siap apabila belum menjadi pemenang.
“Jangan melupakan kata-kata penyair Yunani Kuno, Polybus: A good general not only sees the way to victory, but also knows when victory is impossible yaitu seorang jenderal yang baik bukan hanya harus tahu bagaimana meraih kemenangan, tetapi juga harus ketika kemenangan mustahil diraih,” pungkasnya.