TRIBUNNEWS.COM - Pada sebuah tayangan video Habib Rizieq mengungkapkan kekecewaan kepada Capres Prabowo Subianto pada Pilpres 2014 yang sudah tahu dicurangi tapi tidak melakukan People Power.
Namun, keputusan Prabowo tidak melakukan people power pada saat itu dianggap Imam Besar Front Pembela Islam ( FPI) ini sebagai keputusan yang tepat.
Namun, berbeda dengan Pilpres 2019, Habib Rizieq menyerukan People Power sebagai solusinya jika Prabowo dicurangi.
Seruan tersebut disampaikan Rizieq Shihab melalui cahnnel YouTube Front Tv, Senin (22/4/2019). Video itu diambil dari Mekah sebagai tempat domisili Habib Rizieq beberapa tahun ini.
Namun, pada detik 09.35 di video tersebut, Habib Rizieq menyerukan people power. "Kalau pada pemilu 2014, sikap Anda tepat, tapi kalau sekarang ( Pilpres 2019) ada kecurangan, maka people power solusinya," ucap Rizieq Shihab.
Di awal video, Rizieq Shihab menceritakan pengalamannya bersama Prabowo sejak pilpres 2014.
Di mana saat itu, Prabowo mencalonkan diri menjadi capres bersama dengan Hatta Radjasa.
Habib Rizieq mengatakan pada pemilu 2014 sudah banyak kecurangan yang diketahui oleh pihak Prabowo.
Ia lalu bercerita pengalamannya sehari sebelum pengumuman di Pilpres 2014 silam.
"Saya punya pengalaman di malam sebelum pengumuman hasil pemilu tahun 2014 saya diundang oleh pengusaha di Jakarta untuk melakukan pertemuan dengan calon presiden saat itu, yaitu saudara saya, Bapak Prabowo Subianto," ujar Habib Rizieq.
"Dalam pertemuan itu saya melihat betapa Pak Prabowo dalam kondisi yang sangat kecewa, dengan kekecewaan yang sangat mendalam, penuh tekanan, tapi Beliau mencoba menahannya dengan penuh kesabaran."
Kekecewaan Prabowo saat itu adalah dirinya yang dipastikan tidak lolos menjadi presiden karena adanya sejumlah kecurangan.
Kecurangan itu disebutkan Habib Rizieq hampir sama seperti Pilpres yang terjadi pada tahun 2019 ini.
"Nah saya ingat betul saat itu Pak Prabowo mengabarkan pada saya, bahwa beliau sudah mendapatkan berita ada pengumuman Jokowi itu menang di dalam pemilu 2019."
"Yang membuat Beliau tertekan adalah Beliau sudah mendapatkan laporan seperti yang terjadi pada Pemilu 2019 ini bahwa sebetulnya Beliau menang tapi terjadi aneka ragam kecurangan."
Habib Rizieq saat itu menyarankan Prabowo untuk melakukan people power.
Namun, saran dari Habib Rizieq itu ditolak oleh Prabowo.
"Kemudian saat itu Beliau meminta pendapat saya. Saya mengusulkan kalau memang kita punya bukti yang kuat adanya kecurangan-kecurangan ya kita lawan dengan people power," ujar Habib Rizieq.
Atas penolakan itu, Habib Rizieq mengaku kecewa dengan Prabowo.
"Tapi pada malam itu Pak Prabowo agak berat melakukan people power ya terus terang sebetulnya saya kecewa."
"Saya ini tipe manusia yang tidak boleh lihat kezaliman, kecurangan itu langsung meledak melakukan keinginan perlawanan."
"Karena bagi saya yang penting kita berjuang melakukan perlawanan, menang kalah itu urusan Allah. Jadi sebetulnya malam itu saya agak kecewa," tutur Habib Rizieq.
Namun, Prabowo saat itu memilih untuk melaporkan kecurangan di Pilpres 2014 pada Mahkamah Konstitusi.
"Memang pada malam itu Beliau mengatakan pada saya, kami tetap melakukan perlawanan Habib, tappi perlawanan secara hukum melalui Mahkamah Konstitusi, saya memberikan dukungan baik untuk melakukan upaya hukum," tambahnya.
Lihat video Habib Rizieq lengkapnya:
Penghitungan suara
Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih melakukan penghitungan hasil Pilpres 2019.
Dari pengamatan SURYA.co.id pada Selasa (23/4/2019) jam 6.45 WIB tercatat data masuk sudah sebesar 18,7%.
Berdasarkan situs resmi KPU tersebut, hasil real count KPU Pilpres 2019 tercatat sebanyak 152.765 dari 813.350 TPS yang ada.
813.350 TPS itu terbagi menjadi 35 wilayah pemilih. Dari 35 wilayah pemilih tersebut juga termasuk hasil real count perhitungan KPU dari luar negeri.
Berdasarkan hasil real count KPU tersebut dari 35 Wilayah juga terdapat perhitungan-perhitungan yang kemudian diakumulasikan.
Dari 35 wilayah tersebut, terdapat beberapa wilayah yang menjadi 'lumbung' suara, baik untuk paslon 01 ataupun paslon 02.
Seperti contohnya untuk Jokowi-Ma'ruf yang berhasil mendapatkan suara banyak di wilayah Jawa tengah, Jawa timur, dan Bali serta wilayah-wilayah lainnya.
Sedangkan lumbung suara untuk Paslon Prabowo-Sandi terdapat di wilayah Aceh, Riau, Gorontalo, dan beberapa wilayah.
Kendati demikian, berdasarkan dari data masuk sebesar 18,2% tersebut, paslon Jokowi-Ma'ruf berhasil mengumpulkan suara sebanyak 54.87 %.
Sementara untuk paslon Prabowo-Sandi berhasil mendapat 45.1% hasil suara dari perhitungan real count KPU.
Pengumuman perhitungan pemenangan Pilpres secara resmi masih akan berlanjut hingga batas akhir pada 22 Mei 2019.
Informasi terkait hasil Pilpres bisa dilihat di situs berikut pemilu2019.kpu.go.id
5 Kali Ikut Pemilu
Nah, jika hasil ini terus berlanjut maka Joko Widodo atau Jokowi mencatatkan rekor baru. Ia 5 kali berturut-turut ikut Pemilu dan tak terkalahkan.
Ya, jika menilik ke belakang, pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 ini bisa dibilang tak sekadar beruntung.
Tahun 2004 Jokowi bergabung dengan PDIP, saat itu Jokowi langsung menggandeng FX Hadi Rudyatmo untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo tahun 2005.
Dalam pemilihan Walikota Solo tahun 2005, Jokowi dan FX Hadi berhasil memenangkan Pilkada Solo dengan meraih suara sebesar 36,62%.
Hasilnya, Jokowi dan FX Hadi mendapatkan 90% suara.
Belum genap mengakhiri masa pemerintahannya di Solo, Jokowi pada tahun 2012 digadang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri untuk bertarung di DKI Jakarta melawan Fauzi Bowo sang Gubernur petahana.
Mujurnya lagi, Jokowi memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta bersama Ahok dengan angka 53%.
Baru berselang dua tahun memerintah di DKI Jakarta. Jokowi-Jusuf Kalla maju sebagai calon presiden tahun 2014 melawan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Tak dinyana, Jokowi memenangkan kembali gelaran pemilihan umum keempat dengan perolehan suara 53% atau mencapai 70 juta suara.
Hari ini, Jokowi kembali maju sebagai Calon Presiden 2019-2024 dengan menggandeng Wakil Presiden Ma'ruf Amin sebagai Calon Wakil Presiden.
Lawannya masih sama, Prabowo Subianto yang menggandeng Sandiaga Uno.
Hasilnya, Jokowi dalam Hasil Hitung Cepat Litbang Kompas unggul sekitar 54% suara nasional.
Jika angka ini sama dengan angka hasil hitung rill dari KPU maka, Jokowi catat rekor baru.
Jokowi akan menjadi politisi pertama yang memenangkan sebuah pemilihan umum sebanyak lima kali secara berturut-turut dan selalu menang.