Realisasi program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi), sampai awal Mei 2019, relative kecil, karena kendala di lapangan cukup banyak seperti SID (Survei Investogasi Desain), petani yang tidak mau kerja dan sebagainya.
Hal itu dikatakan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy saat Rapat Koordinasi Pendampingan TNI-AD Program Serasi, di Kantor Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan, di Banjarbaru, Kamis (9/5/2019).
“Kita libatkan TNI-AD untuk damping program Serasi karena punya aparat Babinsa sampai di desa-desa,” kata Sarwo Edhy.
Hadir dalam rapat itu Asisten Teritoprial (Aster) Bakti Agus F, Dirjen PSP, Sarwo Edhy, Direktur Lahan Pertanian, Ditjen PSP, Indah Megahwati, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan, Syamsi Rahman dan Kepala Dinas Kabupaten.
Sarwo Edhy mengatakan, peran dan fungsi TNI dalam pendampingan pelaksanaan kegiatan antara lain mengkoordinasikan peran serta Babinsa dalam kegiatan yang dilaksanakan petani.
Selain itu TNI akan membantu pelaksanaan SID dalam hal sosialisasi kegiatan dan mendampingi dalam proses survey lapangan. Mendamping proses pengerjaan fisik di lapangan.
TNI juga akan membantu menyampaikan laporan perkembangan kegiatan dan memastikan semua spesifikasi pekerjaan telah telah terlaksana dengan rencana.
Dalam kunjungan ke lokasi, berbagai masukan dan kendala di lapangan diceritakan petani.
Purwanto, misalnya Ketua Gapotan, di Desa Kolam Kiri Dalam, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala mengatakan ada sekitar tiga ratus ha lahan rawa yang bisa ditanami.
“Masalahnya air tidak tersedia cukup, sehingga produktivitas tanaman padi rendah. Kami berharap, dengan program Serasi ini, bisa tanam tiga kali. Yang diujung sana kami coba tanam tiga,” tegasnya.
Dia menyebutkan saat ini petani di Barambai, sudah tanam dua kali. Namun taman pertama dengan menggunakan varietas lokal, produktivitasnya rendah yaitu 1,5 ton/ha-2 ton/ha. Sementara tanam kedua dengan varietas unggul, produktivitas naiknya 3 ton/ha-4 ton/ha.
Rendahnya produktivitas pada tanam pertama karena petani pakai bibit varietas lokal. Disamping itu disebabkan suplai air ke sawah sangat kurang dan pupuk dolomit untuk menyuburkan lahan
“Dengan Serasi, kita harapkan masalah air dapat diatasi, begitu juga bibit,” ujarnya.
Sarwo Edhy menyebutkan soal sarana produksi, jika lahan sudah siap tanam akan disalurkan oleh Ditjen Tanaman Pangan, Kementan. Program Serasi, petani akan mendapat bantuan, benih unggul, pupuk dolomit dan herbisida.