TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Konflik internal Partai Hanura telah terjadi sebelum Pemilu 2019 berlangsung.
Konflik tersebut berawal dari munculnya surat keputusan ganda untuk pasangan calon yang diusung dalam Pemilihan Kepala Daerah Purwakarta pada 2018 lalu.
Baca: OSO Soal Hanura: Wiranto Kan Menko Polhukam, Masa Tidak Tahu Situasi Politik Partainya Sendiri
Kemudian langkah Oesman Sapta Odang yang memecat enam Ketua DPD Hanura tanpa dasar, yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara.
Akibatnya, sejumlah perwakilan DPD maupun DPC Partai Hanura melakukan mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Oesman Sapta Odang yang dipimpin oleh Sarifuddin Suding.
Hal tersebut dirapatkan di salah satu hotel di kawasan Jakarta Selatan pada awal Januari 2018.
Pada hari yang sama, Oesman Sapta Odang juga menggelar rapat di Hotel Manhattan, Jakarta, yang menghasilkan keputusan untuk memecat Sarifuddin Sudding.
Wiranto yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Hanura kemudian muncul di tengah konflik yang sedang terjadi.
Pada waktu itu, Wiranto menegaskan akan segera mengambil sikap terkait konflik yang sedang menggerogoti internal Hanura.
Kehadiran Wiranto di tengah konflik itu membuat hubungannya dengan Oesman Sapta Odang disebut-sebut meregang.
Pasalnya, kabar berhembus Wiranto bakal mendongkel posisi Oesman Sapta Odang dari kursi Ketua Umum Partai Hanura.
Namun, Wiranto sempat membantah bahwa hubungannya dengan Oesman Sapta Odang meregang.
Baca: Hanura: Sikap Lieus Sungkarisma Sama Saja Lecehkan Kemenkumham
Baru-baru ini, keregangan itu seolah kembali muncul di tengah Wiranto dan Oesman Sapta Odang pasca-pemungutan suara.
Berikut pernyataan Oesman Sapta Odang dan Wiranto yang seolah saling menyalahkan.
Pernyataan Oesman Sapta Odang saat Buka Puasa Bersama