"Beberapa perwira muda, meskipun mereka sudah penempatan tapi diberikan waktu khusus tiga sampai enam bulan seperti sekarang ini. Jadi mereka dilatih kembali meskipun sudah menerima materi dan diaplikasikan pada pelayaran hari ini," kata Virnando.
Berbeda dengan Virnando, Sandy mencermati adanya perbedaan gaya penghormatan antara TNI AL dan Angkatan Laut Australia.
Tidak seperti di Indonesia, Sandy mengatakan, di lingkungan Angkatan Laut Australia bentuk penghormatan antara anggota tidak seketat di Indonesia.
Meski begitu, Sandy melihat para ajggita Angkatan Laut Australia cukup profesional dengan tugasnya masing-masing.
"Jadi mereka tidak setiap ketemu di jalan melakukan penggormatan seperti itu, cuma untuk pekerjaannya mereka sangat profesional sehingga prosedur dasar tidak ada yang terlewatkan," kata Sandy.
Sandy mengatakan, mereka berdua ditunjuk oleh Mabes AL untuk mengikuti program tersebut karena tawaran program tersebut sepi peminat.
Meski begitu, mereka berdua masih tetap harus melakukan seleksi.
Dari empat yang terpilih, mereka berdua lah yang kemudian beruntung mendapat tugas tersebut.
Untuk mendapat tugas tersebut, tentu ada sejumlah tes yang dijalani antara lain tes kecakapan bahasa Inggris dan psikotes.
"Umumnya si kemampuan Bahasa Inggris dan psikotest," kata Sandy.
Dermaga JICT II Tanjung Priok Jakarta Utara kedatangan dua kapal Angkatan Laut Australia yakni kapal induk amfibi HMAS Canberra dan kapal fregat (pengawal) HMAS Newcastle pada Sabtu (18/5/2019).
Kedatangan mereka merupakan bagian terakhir dari rangkaian misi mereka berupa kegiatan pelatihan bencana dan militer dengan Indonesia, India, Sri Lanka, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.