TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sandro meninggal karena korban peluru nyasar saat kerusahan aksi 22 Mei 2019 di Kantor Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin.
Jenazah Sandi tiba di Pamenang Kabupaten Merangin, Jambi, Jumat (24/5/2019) sekitar pukul 09.45 WIB dibawa menggunakan ambulans.
Tak berapa lama kemudian rombongan istri korban juga tiba di lokasi. Suasana haru terasa di kediaman orangtuanya. Tak sedikit keluarga dan kerabat mengeluarkan air mata.
Keluar dari minibus putih, istri korban langsung disambut dan dipapah oleh keluarga masuk ke rumah duka.
Tak lama berselang, jenazah Sandro dikeluarkan dari rumah untuk diberangkatkan ke masjid.
Setelah pihak keluarga menyampaikan mukadimah dan permintaan maaf korban, tiba-tiba istri korban jatuh pingsan di samping keranda dan diiringi oleh tangisan anaknya.
"Cepat bawa ke dalam (rumah)," kata warga yang hadir di rumah duka.
Baca: Waspadai Risiko Penggunaan VPN di Ponsel Android Saat WhatsApp dan Facebook Dibatasi Aksesnya
Selama tinggal di Jakarta, Sandro berdomisili di Kelurahan Pamenang.
"Dulu dia tinggal di Kelurahan Pamenang RT 21/RW 12, tapi sekarang sudah menetap di Jakarta dan sudah punya KTP Jakarta," kata Saifuddin, Lurah Pamenang dikonfirmasi pada Kamis (23/5/2019).
Belum jelas benar bagaimana kronologi Sandro bisa menjadi korban kerusuhan tersebut. Ada yang menyebut Sandro terkena peluru ketika korban hendak menyeberang jalan di lokasi kejadian.
Sandro, meninggal di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat pada Kamis (23/5/2019) pukul 03.41 WIB.
Sandro dirawat di rumah sakit tersebut setelah pecah kerusuhan pada 22 Mei dan menjadi satu dari delapan korban.
Liswan, ayah kandung korban, membenarkan anaknya menjadi salah satu korban tewas akibat kerusuhan di ibu kota.
"Itu betul anak saya yang nomor enam. Berdasarkan informasi jenazah akan sampai pada esok hari (hari ini) sekitar sesudah salat Jumat dan akan langsung kami makamkan," ujar Liswan saat dihubungi melalui telepon.