Setelah menerima amplop, mereka langsung berlari menuju pusat demo di Kantor Bawaslu.
Jika kita kembali ke peristiwa 22 Mei, ada kerusuhan besar kedua di depan Gedung Bawaslu dan Jalan Wahid Hasyim sekitar pukul 02.00.
Lokasi itu berada dalam satu kawasan.
Peristiwa itu terjadi persis setelah pengerahan dan pemberian amplop ini. Kedua massa ini masih diselidiki apakah hanya terkait dengan kelompok preman bayaran atau ada kaitan juga dengan kelompok radikal. Konfirmasi polisi Saya mengonfirmasi temuan ini ke Karopenmas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo.
Ia membenarkan.
"Betul, mereka melakukan pengerahan massa menggunakan mobil ambulans. Ada pula dari kelompok massa yang menggunakan kereta api melalui stasiun Tanah Abang. Oleh karenanya, saat kerusuhan, Stasiun Tanah Abang sempat kami tutup untuk memblokade gerakan mereka," kata Dedi kepada saya.
Sementara, satu kelompok lainnya yang diduga menggunakan senjata api --beberapa di antaranya sudah ditahan-- memiliki tujuan berbeda yaitu mencari martir.
Skenarionya, informasi ini akan disebar melalui media sosial (whatsapp, instagram, facebook, dan lainnya).
Penyebaran informasi soal martir ini dibumbui dengan kalimat yang tak sesuai fakta (hoaks) disertai foto yang mengenaskan untuk memancing dan berpotensi membakar massa yang akan berdemo siang hari nantinya di depan kantor Bawaslu, Jakarta, pada 22 Mei 2019.
Penyitaan senapan serbu militer Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dalam jumpa pers menunjukkan adanya dugaan penyelundupan senjata jenis senapan serbu M4 yang merupakan versi ringkas dari senapan serbu M16 buatan Amerika Serikat.
Senapan ini diduga akan digunakan oleh penembak jitu saat aksi 22 Mei untuk menciptakan martir.
Beberapa hari sebelumnya, POM TNI juga menangkap seorang prajurit aktif TNI berpangkat Prajurit Kepala (Praka) dan juga seorang Purnawirawan Jenderal terkait dugaan penyelundupan dan kepemilikan ilegal senjata api.
"Intelijen kita telah menangkap upaya penyelundupan senjata. Orangnya ini sedang diproses. Tujuannya pasti untuk mengacaukan situasi," ujar Kepala Kantor Staf Presiden Jendral (Purn) Moeldoko di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (20/5/2019) yang dikutip dari Kompas.com.
Sementara, Kapuspen TNI Mayjen Sisriadi mengatakan, pada Senin (20/5/2019) malam, Mabes Polri dan POM TNI telah melakukan penyidikan terhadap oknum yang diduga sebagai pelaku.