Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kakorlantas Polri, Irjen Pol Refdi Andri, menyebut tingkat kecelakaan lalu lintas menurun signifikan selama 12 hari penyelenggaraan Operasi Ketupat 2019.
"Mudah-mudahan dengan kecelakaan lalu lintas yang menurun hampir mendekati 65 persen dibanding dengan tahun lalu, termasuk yang luka berat dan ringan. Jadi acuan kita untuk bekerja lebih keras lagi," ujar Refdi di NTMC Polri, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Selasa (18/6/2019).
Pada tahun 2018 lalu, jumlah kecelakaan lalu lintas selama 12 hari pelaksanaan Operasi Ketupat sebanyak 1.491.
Baca: Ganjar Pranowo Berharap Borobudur Marathon Naikkan Ekonomi Masyarakat Setempat
Baca: Boby Nasution Berikan Tanggapan Terkait Isu Dirinya yang Digadang-gadang Bakal jadi Sekjen PSSI
Baca: MK Siapkan Ruangan Saksi Dijaga Ketat. Hakim: Kita Akan Tanya Apa Merasa Terancam
Tahun ini dengan waktu yang sama jumlah kecelakaan hanya 529.
Jumlah korban tewas akibat kecelakaan juga mengalami penurunan pada tahun ini yakni sebanyak 132 orang, sementara tahun lalu ada 331 korban.
Meski begitu, Refdi mengatakan bahwa pihaknya bakal bekerja keras untuk menekan angka korban hingga nihil.
"Semestinya kecelakaan lalu lintas tidak terjadi, mestinya tidak ada korban, apalagi meninggal dunia. Di tahun ini masih ada angka itu, di tahun depan kita berkomitmen yang terbaik," kata Refdi.
Usulan Korlantas
Korlantas Polri menggelar evaluasi pelaksanaan Operasi Ketupat 2019 bersama jajaran Dirlantas seluruh Polda melalui video conference.
Kakorlantas Polri, Irjen Pol Refdi Andri, mengatakan rest area masih menjadi titik kemacetan ruas tol selama arus mudik dan balik 2019.
Dia mengusulkan pembuatan rest area alternatif untuk mengantisipasi kemacetan pada arus mudik.
"Kita harap pengeluaran rest area menjadi lebih baik. Tadi juga sudah saya sampaikan mungkin bisa kita tetapkan jarak tertentu ada juga rest area tertentu yg hanya menyiapkan item tertentu," ujar Refdi di NTMC Polri, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Selasa (18/6/2019).
Baca: Kuasa Hukum KPU Sebut Bank BNI Syariah dan Bank Mandiri Syariah Bukan Entitas BUMN
Refdi menjelaskan rest area alternatif nantinya hanya akan menyediakan sarana tertentu. Seperti SPBU dan toilet. Berbeda dengan rest area utama yang difasilitasi tempat makan dan jajan.
"Bisa saja 50 KM yang disiapkan di sana itu adalah bahan bakar, kemudian ada top up kartu elektronik, ada pelayanan kerusakan ringan, toilet, dan lain-lain," jelas Refdi.
Baca: Polisi Kenakan Tilang ke Pengemudi Mobil yang Gunakan Strobo dan Rotator
Rest area ini dirancang untuk menghindari penumpukan di reat area utama. Melihat pengalaman, pergerakan masyarakat yang mudik atau pun balik selalu siap sedia makanan minuman ringan di perjalanan.
Berbeda dengan keperluan bahan bakar dan kondisi fisik pemudik yang berubah-ubah selama perjalanan.
"Karena kita lihat kebutuhan BBM, kartu elektronik, kesehatan, tidak bisa ditunda termasuk buang air. Kalau sudah kebelet nggak bisa diwakilkan kepada siapapun. Dan tidak ada satu pun yang mau mewakilkan," pungkas Refdi.