TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahkamah Konstitusi telah menutup rangkaian Pilpres 2019 dengan memutus perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) atau sengketa hasil Pilpres 2019.
Denny JA dan Lingkaran Survei Indonesia merekam dinamika Pemilu Presiden 2019 itu dalam empat buku.
Baca: Kata Pengamat Mengapa Prabowo Tak Ucapkan Selamat ke Jokowi
Pertama, buku yang merekam opini publik yang diperoleh melalui survei nasional.
Sepanjang Juli 2018-April 2019, LSI Denny JA melakukan survei setiap bulan, dan konferensi pers dua kali sebulan.
"Dari serial 10 kali survei nasional dan 20 konferensi pers, kita bisa membaca kembali aneka temuan penting. Antara lain: LSI Denny JA menyatakan Reuni 212 ternyata tak banyak berpengaruh. Atau Program populis Jokowi seperti Kartu Pintar dan Sertifikat Tanah Gratis membuat Jokowi unggul telak pada pemilih wong cilik. Buku ini diberi judul: Mendengar Opini Publik," tulisnya dalam keterangan yang diterima, Sabtu (29/6/2019).
Kedua, buku yang lebih unik lagi. Denny JA menyatakan mungkin ini buku pertama di dunia: rekaman 500 meme politik Denny JA sepanjang pemilu presiden.
Ujar Denny, hampir setiap hari ia membuat sekira tiga meme politik merespon situasi.
Meme politik itu tak hanya berisi celotehan, olok-olok, tapi juga perspektif yang bisa memframing kejadian aktual. Buku ini diberi judul: Katakanlah dengan Meme.
Buku ketiga, disamping membuat survei nasional dan meme, Denny JA juga rajin mengulas dan memberi penjelasan situasi pemilu presiden mutakhir.
Data, teori dan sentimen mewarnai sekitar 70 tulisan Denny JA. Mayoritas tulisan berbentuk esai.
Uniknya, ada pula respon atas situasi politik yang dituliskan Denny dalam bentuk puisi dan cerpen. Buku ini diberi judul: Merenungkan Pemilu Presiden.
Buku keempat Denny menuliskan esai soal NKRI Bersyariah atau Ruang Publik Yang Manusiawi. Denny merespon gagasan yang diusung Reuni 212.
Ujar Denny JA, negara di dunia barat lebih islami dibandingkan negara Islam di Timur Tengah. Denny memberikan data yang sudah dimapankan dalam Islamicity Index.
"Apa yang Islami itu sebenarnya juga apa yang manusiawi. Substansi lebih penting ketimbang label," tulisnya.