News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Politikus PDIP: Tidak ada Yang Salah Dalam Ajakan Jokowi Kepada Prabowo-Sandiaga

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon Presiden Nomor Urut 1, Joko Widodo dan no urut 2, Prabowo Subianto bersalaman usai Debat Kedua Calon Presiden, Pemilihan Umum 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Presiden terpilih 2019-2024 Joko Widodo (Jokowi) menunjukkan khas gaya politiknya yang merangkul ketika mengajak rivalnya di Pilpres 2019 lalu, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk bersama-sama membangun bangsa ini.

Demikian menurut politikus PDI Perjuangan, Arteria Dahlan kepada Tribunnews.com, Senin (1/7/2019).

"Itu menjadikan bukti konsistensi Pak Jokowi sekaligus sikap tawadhu yang patut kita apresiasi."

"Pak Jokowi itu kan gaya politiknya "merangkul", beliau itu hobinya 'menghimpun yang terserak, mengumpulkan yang tercecer, dan mengajak yang setia.' Jadi kita semua harus hormati gaya kepemimpinan beliau. Ilmunya beliau sudah tinggi, kalau falsafah jawanya namaya "sakti tanpo aji," ujar Anggota tim hukum 01 ini.

Menurut anggota Komisi III DPR RI ini, tidak ada yang salah dalam ajakan Jokowi kepada Prabowo-Sandiaga tersebut.

Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan mengemukakan hal itu saat mengikuti rangkaian Kunjungan Kerja Komisi III DPR RI ke Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), Selasa (8/5/2018). (dok. DPR RI)

Apalagi selama ini Jokowi tidak menganggap Prabowo sebagai lawan.

Pun tidak pernah menganganggap pilpres yanhg lalu itu sebagai perang atau pertempuran.

"Jokowi juga sangat menghormati pak prabowo dan hubungan antara keduanya sangat baik tanpa ada masalah apapun," jelas Arteria Dahlan.

Hubungan Prabowo dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pun menurut dia, berlangsung sangat baik.

"Sehingga relatif lebih mudah untuk mengintensifkan silaturahim dalam segala bentuk dan pengertiannya," ucapnya.

Lalu apa yang bisa dimaknai dari ajakan Jokowi tersebut?

Menurut dia, harus dimaknai, Jokowi membuka diri bagi Prabowo dan Sandi untuk bergabung dan turut serta membangun negara.

"Jadi tawaran tersebut sifatnya "mengalir" saja. Tidak terbatas pada ruang dan waktu, begitu pula dengan bentuk konkret dari "ajakan" tersebut," jelasnya.

Terlebih sistem ketatanegaraan Indonesia, imbuh dia, tidak mengenal adanya oposisi. Sehingga alternatif varian kerjasamanya akan lebih banyak lagi. Yakni bisa di kabinet, bisa di luar kabinet tapi masih dalam domain eksekutif, bisa di parlemen, dan lainnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini