News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kabinet Jokowi

Nilai Positif di Balik Rencana Jokowi Masukkan Anak Muda Dalam Kabinet Kerja Jilid II

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Politikus PKB Abdul Kadir Karding di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (12/1/2019)

Energi positif kaum muda cukup relevan menjawab tren disrupsi global yang memang saat ini sangat cepat berubah.

Dari gaya kepemimpinan, lebih lanjut ia menjelaskan, kaum muda memang cenderung lebih progresif, lebih cekatan dalam mengambil keputusan.

Pun berjiwa “risk taker” atau berani mengambil risiko dalam menghadapi tantangan ataupun problem solving.

"Terobosan kepemimpinan demikian sangat dibutuhkan Indonesia di tengah kompleksitas persaingan global," tegas Kastorius Sinaga.

Namunpun demikian ide terobosan Jokowi untuk merekrut kaum muda di kabinetnya harus dilakukan lewat seleksi ketat. Bukan asal-asalan.

Apalagi bukan dalam rangka bagi-bagi kekuasaan atas imbal jasa politik ataupun atas dasar kompromi politik.

Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024, Joko Widodo (kiri) dan KH Ma'ruf Amin (kanan) memberikan keterangan saat Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Pemilu 2019 di gedung KPU, Jakarta, Minggu (30/6/2019). KPU resmi menetapkan Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Bila itu yang terjadi, dia sangat yakin Indonesia memiliki stok kaum muda yang berkualitas dan memiliki kaliber internasional.

"Kaum muda yang berpotensi duduk di Kabinet harus benar-benar sudah terbukti memiliki profesionalisme tinggi. Juga punya integritas dan kapasitas yang sudah teruji di bidangnya baik di tingkat global namun sesuai dengan prioritas kepentingan nasional," tegas Kastorius Sinaga.

Representasi kaum muda di Kabinet akan menjadi ‘faktor akselerator’ untuk mengurai 'kemacetan' atau ‘bottleneck” di berbagai bidang termasuk di birokrasi pemerintahan demi kemajuan Indonesia.

Proses rekrutmen kaum muda di kabinet harus melewati uji seleksi kompetensi dan leadership ketat.

Bila tidak, Menteri kaum muda di Kabinet akan menjadi beban dan kelak bermasalah.

Khususnya bila mereka yang duduk di Kabinet hanyalah berkat hasil lobi dan “titipan” yang sekadar mengejar jabatan dan kekuasaan (power seeker).

"Contoh gagal kepemimpjnan dari kaum muda banyak kita jumpai di dunia partai politik dan Bupati, Walikota dan Gubernur di Indonesia yang ditandai dengan perilaku tak terpuji seperti korupsi," dia berpesan.

Ini tentu dilatari oleh berbagai faktor termasuk rentannya kaum muda untuk jatuh ke dalam kubangan godaan negatif kekuasaan.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini