Menurutnya, Jokowi - Prabowo bertemu itu hanya merupakan pertemuan informal.
"Saya tegaskan kembali di pertemuan tersebut tak ada jika dan maka," ucap Miftah Sabri.
Miftah Sabri menegaskan, pertemuan Jokowi - Prabowo merupakan sebuah sikap untuk mendinginkan suasana masyarakat yang kerap memanas pasca pilpres 2019.
"Tujuannya murni untuk cooling down. Pak Prabowo akan senantiasaber bersama pendukung dan ulamanya," aku Miftah Sabri.
Miftah Sabri mengungkapkan, tak ada kesepakatan tertentu antara Jokowi - Prabowo saat itu.
"Dari pertemuan mereka dari awal sampai pesawat dan terbang lagi, kamera wartawan terus melekat sehingga pertemuan tersebut merupakan sebuah hal yang informasl," imbuh Miftah Sabri.
Gerindra menyatakan, pertemuan Jokowi dan Prabowo itu memberikan pesan rival kompetensimu bisa saja teman dekatmu saat ini.
Tak hanya itu, Gerindra juga menegaskan, pertemuan itu mengartikan pihak yang oposisi kini telah berteman.
Baca: Razia Bonek yang akan ke Jogja, Kepolisian Pati Temukan Miras dan Rantai
Sementara itu, Miftah Sabri menilai intelijen Jokowi saat pertemuan tersebut berfungsi.
Intelijen Jokowi berjalan tepat karena Sate Khas Senayan merupakan kesukaan Prabowo Subianto sejak dahulu kala.
"Menarik juga di akhiri dengan makan di Sate Khas Senayan. Pak Jokowi intelijennya jalan juga karena sejak Prabowo Subianto perwira muda suka makan disana," ucap Miftah Sabri saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Malam Tv One dilansir TribunJakarta.com pada Senin (15/7).
Miftah Sabri mengartikan, jika Jokowi ingin berdamai melalui pertemuan tersebut maka Presiden RI terpilih itu harus berdamai pula dengan rakyat Indonesia.
"Dengan kebijakan pro rakyat dan tak ada kriminalisasi ulama," cetus Miftah Sabri.
2. Bukan rekonsiliasi