News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masa Panen Ubi Kayu Tidak Merata Sepanjang Tahun, Penyebab Tapioka di Lampung Kurang Berdaya Saing

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Acara peresmian Pojok Inovasi Cassava Castle di Pusat Inovasi Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) BPPT Bandar Lampung, Lampung, Jumat (19/7/2019).

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Provinsi Lampung diketahui sebagai wilayah terbesar di Indonesia yang memproduksi tapioka. Pembuatan tepung satu ini tentunya membutuhkan bahan baku ubi kayu yang sangat banyak.

Namun, ketersediaan bahan baku di Provinsi Lampung tidak seimbang dengan produksi yang dihasilkan pabrik-pabrik di sana.

Perlu diketahui, seluruh pabrik tapioka yang ada di Lampung membutuhkan sekitar 8 juta ton untuk bisa mencapai target produksi.

Angka tersebut merupakan jumlah minimum ubi kayu yang harus disiapkan untuk masuk pada tahap produksi.

Sedangkan bahan baku yang tersedia di Lampung berada pada angka di bawah itu, yakni sekira 6,5 hingga 7 juta ton per tahun.

Acara peresmian Pojok Inovasi Cassava Castle di Pusat Inovasi Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) BPPT Bandar Lampung, Lampung, Jumat (19/7/2019). (Tribunnews.com/Fitri Wulandari)

Ketersediaan bahan baku yang berada pada angka batas minimum itulah yang mengakibatkan produksi tapioka di provinsi itu kurang maksimal.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza mengatakan bahwa terbatasnya produksi tapioka pada pabrik yang ada di Lampung, disebabkan oleh masa panen ubi kayu yang tidak merata dan itu berlangsung sepanjang tahun.

"Hal tersebut karena masa panen ubi kayu tidak merata sepanjang tahun, sehingga pabrik-pabrik tapioka tidak dapat beroperasi pada kapasitas terpasangnya secara continue," ujar Hammam, di Pusat Inovasi Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) BPPT Bandar Lampung, Lampung, Jumat (19/7/2019).

Karena produksi yang terkadang tidak mencapai target, maka daya saing industri tapioka pun mengalami kelesuan.

"Sebagai akibatnya, industri tapioka di Lampung memiliki daya saing rendah," kata Hammam.

Sebagai informasi, ada sekitar 74 pabrik tapioka di Lampung yang memiliki kapasitas produksi sebesar lebih dari 2 juta ton.

BPPT pun kemudian meresmikan 'Pojok Inovasi Cassava Castle' untuk mendorong peningkatan nilai ekonomi komoditas satu ini.

Pojok Inovasi Cassava Castle nantinya akan menjadi wadah bagi para pelaku usaha dan ahli teknologi pati.

Di tempat itu, mereka akan menggiatkan kegiatan 'Forum Komunikasi' yang sebelumnya telah disepakati sejak 2018 lalu.

Menggunakan nama 'forPATI', forum tersebut diharapkan bisa mempermudah akses informasi dan komunikasi dalam mempercepat hilirisasi teknologi di industri.

BPPT melalui B2TP di Lampung pun memiliki peran besar dalam program ini, yakni sebagai pendorong sinergi antara penyedia dan pengguna teknologi, khususnya dalam meningkatkan daya saing pati sehingga bisa menjadi produk komersial.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini