Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Revitalisasi Lembaga Pemasyarakatan, program yang digagas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS), mempermudah lembaga pemasyarakatan melakukan penilaian kepada setiap warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang bertekad berubah.
“Revitalisasi ini gagasan luar biasa,” ujar Sopiana, Kepala Lapas Kelas III Gunung Sindur, melalui keterangan tertulis, Kamis (25/7/2019).
Baca: Warga Binaan Lapas Gunung Sindur Cuci Kaki Orang Tua
Ada assessmen untuk menentukan WBP masuk kategori maximum security, medium security, dan minimum security. Mereka yang masuk ketegori minimum security layak mendapatkan pembinaan di Lapas Open Camp Ciangi.
Sejak enam bulan terakhir Lapas Gunung Sindur yang kini dihuni 1034 WBP melakukan pembinaan intensif.
Pembinaan kepada WBP berupa pemberian kepastian semua yang menjadi hak dan kewajiban.
“Kami juga memperkenalkan self service layanan informasi digital bagi WBP tentang hak-hak mereka. WBP yang ingin tahu apakah mendapatkan remisi tahun ini, misalnya, tinggal tempelkan sidik jari. Mesin akan menginformasikan apakah WBP mendapatkan remisi atau tidak," ungkap Sopiana.
Isu Zaskia Gotik Bangkrut Imbas Suami Diperiksa KPK Terjawab, Istri Sirajuddin Kuak Fakta Jual Rumah
Bukan Bangkrut, Bocor Alasan Zaskia Gotik Jual Rumah setelah Sirajuddin Mahmud Dipanggil KPK, Pindah
Layanan ini memungkinkan WBP mendapatkan akses penuh ke informasi tentang dirinya, mengikis pertemuan dengan petugas, dan meminimalkan terjadinya pungutan liar.
Kalapas juga rutin melakukan pertemuan saat apel pagi dan tatap muka di tempat ibadah.
“Kami membangun perpustakaan di setiap blok. Ya, kecil saja, tapi buku-bukunya selalu ganti. Kami juga menyediakan peralatan musik, dengan waktu bermain setiap Jumat sore," kata Sopiana.
Yang juga menarik dari LAPAS Gunung Sindur adalah saat Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Remisi, warga binaan yang mendapat remisi diharuskan mencuci kaki orang-orang yang menjamin mereka.
“Mereka yang masih punya orangtua harus mencuci kaki orangtua dan memohon maaf. Mereka yang tidak punya orangtua, harus mencuci kaki kakak, istri, dan orang-orang yang mereka cintai, seraya mengucapkan maaf," jelas Sopiana.
Ada pula ruang video call, untuk memberi hak berkomunikasi narapidana kepada keluarganya.
Khusus yang ini, pihak Lapas bekerja sama dengan pihak swasta sebagai penyedia perangkat teknologi.
Baca: Kisah Dewi Penjual Bakpau di Tangerang, Demi Bantu Nenek Hingga Dapat Santunan dari Jokowi
“Layanan pengobatan gratis kami lakukan dengan jemput bola,” kata Sopiana.
“Dua perawat menyambangi setiap blok sebulan sekali untuk melihat kondisi kesehatan setiap warga binaan," pungkas Sopiana.