Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus berupaya melakukan pemberantas konten-konten negatif dan berita bohong (hoax) lewat kegiatan dialog publik.
Staf ahli Menteri Komunikasi dan Informatika, Henry Subiakto mewakili Menteri Rudiantara memberikan penjelasan kepada publik dalam rangka merawat persatuan di era digital.
Guru Besar ilmu komunikasi Universitas Airlangga ini menyebut karakter generasi milenial saat menjadi sorotan utama dalam pembangunan komunikasi dan informasi.
Smartphone dan koneksi internet, disebutnya sebagai kebutuhan primer bagi generasi milenial saat ini.
“Mereka (generasi milenial) membutuhkan smartphone dan koneksi internet sebagaimana manusia membutuhkan oksigen,” ujar Henry dalam dialog bertajuk “Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri”, Minggu (28/7/2019).
Baca: Kemenkominfo Minta Google Suspend 3 Video Vulgar Milik Youtubers Kimi Hime
Menurutnya selain untuk eksistensi diri di medsos, milenial juga menyukai inovasi, perhatian pada lingkungan, isu-isu keadilan serta sosial politik.
“Inilah yang menjadi penyebab terdapat gejala sosial di era digital, di mana terdapat pembelahan dan diprovokasi oleh isi media sosial yang dipenuhi hoax dan hate speech, yang secara tidak sadar mempengaruhi,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, cendikiawan yang juga tokoh nasional Buya Syafii Maarif mengingatkan kembali pemerintah memiliki tugas untuk menyadarkan kelompok-kelompok yang kerap mengeluarkan isu-isu intoleransi, hoax dan hate speech.
Baca: Dua Mahasiswa di Jakarta Ditangkap Karena Simpan Puluhan Kilogram Ganja di Ruang Senat Kampus
“Kita harus menyadarkan kelompok-kelompok intoleran, yang tidak suka Indonesia bersatu, kelompok-kelompok yang maunya menang sendiri. Agar rakyat kita tidak mudah termakan isu, tidak mudah menerima informasi yang tidak benar.”
“Apalagi di dalam kondisi politik pascakebenaran (post truth), kalua tidak dibendung (propaganda negatif), maka peradaban bisa runtuh dan manusia kehilangan martabatnya,” tegas Buya Syafii.