News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inilah 10 Kasus Hubungan Sedarah yang Heboh di Tahun 2019, Pelakunya dari Kakak hingga Kakek

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

AN (29) dan HE (21), saat melangsungkan pernikahan sedarah di Balikpapan, Kalimantan Timur.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Publik di Tanah Air digegerkan kisah seorang kakak yang menghamili adik kandungnya sendiri hingga memiliki dua anak.

Bahkan saat ini, sang adik sedang hamil anak ketiga yang diduga hasil hubungannya dengan kakak kandungnya yang tinggal serumah di Kabupaten Luwu.

Sejak Januari 2019, beberapa kasus hubungan sedarah ayah yang mencabuli anaknya atau kakak dengan adiknya berhasil diungkap polisi.

Di Garut, seorang ayah mencabuli anak kandungnya yang masih berusia 15 tahun hingga melahirkan.

Sedangkan di Kabupaten Pringsewu, seorang gadis keterbelakangan mental dilecehkan oleh ayah dan kakak serta adik kandungnya selama 2 tahun.

Baca: Bahaya Pernikahan Sedarah: Bayi yang Dilahirkan Berpotensi Cacat, Gangguan Mental hingga Kerdil

Baca: Detik-detik Warga Kepung Rumah Pelaku Hubungan Sedarah di Luwu Sulsel, Inses Kakak Adik sejak 2016

Sementara di Sumatra Barat, seorang oknum caleg ditangkap setelah menjadi buron kasus pencabulan terhadap anaknya sendiri selama 8 tahun.

Mellia Christia, psikolog dan juga staf pengajar bidang studi Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia saat dihubungi Kompas.com Rabu (17/7/2019) mengatakan inses atau hubungan seksual sedarah terjadi pada keluarga yang menganut patriarki tradisional, yang salah satunya adalah adanya peran dominan sosok ayah sebagai kepala keluarga.

“Inses banyak dilakukan oleh ayah pada anak perempuannya dan biasanya adalah anak perempuan pertama. Mengapa anak perempuan pertama? Karena dia akan mengambil peran sebagai ibu jika ibu kandungnya disabilitas, seperti sakit atau tidak ada di rumah karena bekerja, sehingga kurang perhatian, maka anak perempuan ini yang memgambil peran,” jelas Mellia.

Selain itu dia juga mengatakan pemahaman keluarga tentang peran gender juga memicu terjadinya inses. Mella juga mencontohkan inses banyak terjadi pada keluarga yang secara ekonomi dan pendikan rendah.

“Jadi ada ketidakberdayaan dan dominasi di sini. Ibunya penurut karena merasa tergantung secara ekonomi. Dan biasanya perilaku inses ini terjadi lama karena dianggap ini adalah urusan pribadi. Jadi ada yang dominan dan yang tidak berdaya, ya anak-anak dan perempuan jadi korban. Serta ada juga unsur pembiaran,” jelasnya.

Perilaku sehari-hari di sebuah keluarga juga memicu inses seperti melihat anggota keluarganya yang telanjang, mandi dan tidur bersama, serta tidak ada pemahaman mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Mellia juga mengatakan hubungan seksual dianggap sebagai ungkapan kasih sayang sehingga hal tersebut dianggap boleh dilakukan orangtua pada anak atau saudara sekandung.

Dia mencontohkan kasus inses yang terjadi di Kabupaten Pringsewu, seorang anak gadis keterbelakangan mental dilecehkan oleh ayah kandung, kakak, dan adiknya sekaligus.

“Saat anak melihat ayahnya mencabuli saudara perempuannya, maka sang anak berpikir ah enggak apa-apa karena dianggap sebagai ungkapan kasih sayang,” jelasnya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini