Karena harus kenal sana dan sini.
"Lihat kasus yang baru-baru ini terjadi, Rektor UIN yang harus berhubungan dengan parpol tertentu. Belum lagi ada calon rektor didekati staf khusus Menteri," katanya mencontohkan.
"Nuansa politiknya sangat kental. Nah kalau Rektor asing kalau asal tunjuk kan enak," lanjut dia.
Baca: Penegak Hukum Harus Dilibatkan Tindak Peredaran dan Penjualan Sim Card Zain
Baca: Kata Pengamat Soal Anak Maruf Amin dan Istri Sandiaga Uno Dijagokan Maju Pilkada Tangsel
Di dalam kampus, Rektor asal Indonesia, lanjut dia, tidak hanya berurusan dengan suasana akademik.
Tapi mereka harus hadir pada event-event kementerian, event-event nasional yang pasti keberadaanya hanya untuk mengeksiskan Universitas yang diwakilinya.
"Mungkin kalau rektor asal luar negeri, mereka bisa cuek dan tidak menghadirinya," paparnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kalau lah ada rektor asal luar negeri, maka dua tahun pertama mereka akan berhadapan dengan resistensi para dosen, tenaga akademik dan mahasiswa.
"Artinya dalam 2 tahun pertama akan mengalami setback," jelasnya.
Kalaulah ada dari luar negeri, imbuh dia, seharusnya Rektor tersebut dari Universitas yang masih muda usianya.
Sehingga bisa kelihatan signifikansi keberadaan rektor tersebut.
"Saya ingin tahu apakah rektor asal Luar negeri yang bergaji tinggi bisa membuat universitas yang muda langsung masuk peringkat dunia," kata dia.
Dia ingin tahu juga apakah dengan dana yang terbatas, apakah bisa mereka mengangkat peringkat universitas.
"Bahkan saya mau tahu dengan minimnya koleksi di perpustakaan dan ketiadaan fasilitas laboratorium bisa menaikkan perangkat Universitas?" tegasnya.
Terkahir, dia memberikan catatan penting, kalaupun ada Rektor asal luar negeri, maka calon rektor tersebut harus pernah memimpin universitas yang masuk dalam 10 besar di dunia.