Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM Luhur Pradjarto mengungkapkan, Induk Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Inkopti) akhirnya dapat menyelenggarakan Rapat Anggota Luar Biasa, atas dorongan yang kuat dari para anggota.
"Primer Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Primkopti) sebagai anggota Inkopti, wajib mengingatkan pengurus untuk menyelenggarakan rapat anggota karena RAT merupakan parameter pelaksanaan demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan organisasi koperasi", kata Luhur pada acara pembukaan Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) Inkopti yang dilaksanakan di Kota Salatiga, Kamis (31/7).
Luhur menambahkan, sudah 10 tahun Inkopti tidak pernah menyelenggarakan RAT karena kondisi internal.
"Namun, ini bukan suatu alasan untuk tidak melaksanakan RAT", tegas Luhur. Justru melalui RAT, lanjut Luhur, segala sesuatu bisa dibahas bersama anggota untuk mencari solusi dan menghindari kevacuman.
Menurut Luhur, perubahan lingkungan yang sangat dinamis mengharuskan pelaku usaha termasuk koperasi harus pandai mengatur strategi bisnisnya dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat.
Tidak hanya itu, kata Luhur, kemajuan teknologi informasi harus disikapi dengan bijak dan harus segera bertransformasi untuk mengadopsi teknologi. "Inkopti sebagai sekunder dapat mengimplementasikan teknologi informasi untuk memenuhi kebutuhan anggota sekaligus sebagai sarana memantau jumlah pengrajin tempe tahu, kebutuhan anggota akan bahan baku, peralatan prosesing termasuk informasi pasar", jelas Luhur.
Oleh karena itu, Luhur meyakini bangkitnya Inkopti yang ditandai dengan RALB ini harus dapat membuahkan keputusan-keputusan strategis untuk pembenahan manajemen sekaligus untuk mengatasi permasalahan yang selama ini dihadapinya.
"Untuk itu, pengurus tidak boleh lengah dan perlu melakukan kaderisasi agar tidak ketinggalan dengan badan usaha lainya, karena sudah saatnya kepengurusan koperasi dipegang oleh generasi milenial yang umumnya melek teknologi", papar Luhur.
Tidak hanya itu, bagi Luhur, Inkopti yang merupakan koperasi di sektor riil, mempunyai potensi yang besar menangkap peluang pasar karena sebagian besar masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi tempe tahu.
"Pengurus harus bisa menyusun rencana kerja yang konkrit sesuai dengan keperluan anggota dan perkembangan bisnis", tukas Luhur.
Hanya saja, Luhur menekankan bahwa perubahan mindset ini tidak hanya untuk Inkopti, tetapi juga termasuk Primkopti selaku anggotanya. Kalau Primkoptinya maju dan berkembang, tentunya INKOPTI juga berkembang.
"Kalau masih tidak berkembang, maka kepengurusannya perlu dikoreksi dan dibenahi lagi karena reformasi total koperasi masih berlanjut dalam rangka mewujudkan koperasi yang berkualitas", tandas Luhur.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pusat Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) Provinsi Jawa Tengah Sutrisno, sebagai pengganggas perlunya RALB yang juga sebagai Ketua panitia menyampaikan bahwa anggota Inkopti seperti anak kehilangan induk, karena Inkopti tidur panjang.
Sutrisno pun mengajak kepada seluruh anggota yang hadir untuk bersama-sama dan bergotong royong membangun Inkopti.
Sementara Ketua Harian Dekopin Agung Sudjatmoko menegaskan bahwa bisnis yang eksis adalah bisnis yang mampu mengadaptasi setiap perubahan yang ada, bukan melawan perubahan. Untuk itu, pengurus harus lincah membuat keputusan dan menangkap peluang.
"Agar organisasi lincah, maka struktur harus ramping tetapi kaya fungsi dan menggunakan teknologi informasi karena kalau tidak menggunakan teknologi informasi maka akan tertinggal", pungkas Agung.(*)