"Jadi semua pertimbangan, stasiun pengisian daya listrik misalnya, charging station itu harus dicatu dari mana? Kalau dalam kondisi blackout, pasti lebih repot kan," papar Hammam.
Ia menilai, saat ini mungkin pengisian bahan bakar untuk kendaraan seperti mobil masih dalam kondisi aman karena menggunakan bahan bakar minyak (BBM), bukan listrik.
Terlebih tiap SPBU biasanya memiliki genset untuk cadangan listrik, dan bisa digunakan dalam kondisi darurat.
"(Memang) sekarang masih bisa karena (masih menggunakan bahan bakar) mungkin ada genset di masing-masing SPBU, sehingga masih bisa tetap mengalirkan BBM ke mobil-mobil kendaraan yang ada," tegas Hammam.
Namun, jika semua kendaraan sudah beralih menjadi 'berbasis listrik', maka blackout akan menjadi mimpi buruk bagi moda transportasi.
Sehingga, ia berharap adanya kesiapan dari sisi infrastruktur sebelum menerapkan inovasi tersebut.
"Tapi kalau nanti listriknya nggak ada, nggak bisa charging station itu berjalan, kecuali pakai renewable, sumber dayanya bukan dari listrik PLN, pakai sumber daya listrik lainnya," pungkas Hammam.
Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai polusi udara yang terjadi di Jakarta bisa dikurangi melalui inovasi dalam infrastruktur, khususnya melalui pengembangan kendaraan berbasis listrik.
Ia pun berharap agar hal itu bisa terwujud pada lima tahun mendatang.
Sehingga kendaraan berbasis listrik tersebut bisa digunakan sebagai moda transportasi baru 'ramah lingkungan'.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam acara 'Seminar Geopolitik Transformasi Energi' yang digelar di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (31/7/2019) lalu.