Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) memang tengah menjadi fokus Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, selain infrastruktur.
Keberadaan diaspora pun dianggap Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mampu meningkatkan perekonomian Indonesia melalui kontribusi mereka dalam peningkatan kualitas SDM.
Terlebih pada 10 Agustus lalu, baru saja digelar Kongres Diaspora Indonesia ke-5 yang digelar di Jakarta dan dihadiri ribuan partisipan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Kongres tersebut merupakan sambutan positif dari para diaspora terhadap 'ajakan' Presiden Jokowi untuk membangun Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono menyampaikan tanggapannya.
Baca: Profesi Asli Meyssi Ratu Sosialita, Uang Rp 2,1 M Ludes, Tak Diakui Keluarga Suami Ikut Melapor
Baca: Kejurnas Angkat Besi Digelar di Bandung, PB PABBSI Jadikan Ajang Seleksi Atlet Sea Games
Baca: Protes Hong Kong : Apakah China bisa campur tangan secara militer dan politik?
Baca: Fakta Tanaman Bajakah yang Viral Mampu Sembuhkan Kanker, Hasil Penelitian 2 Pelajar Palangkaraya
Ia mengatakan bahwa sebenarnya, para diaspora bisa saja membangun negara ini melalui keberadaan mereka di luar negeri.
"Kalau menurut saya, teman- teman yang sukses di luar negeri tidak harus kembali ke Indonesia," ujar Hariyono, di Kantor BPIP, Jalam Veteran III, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).
Hal itu karena mereka bisa memberikan sumbangsihnya melalui relasi yang luas selama menjadi diaspora.
Keberadaan mereka di luar negeri bisa menjadi 'jembatan' untuk berbagai hal positif, termasuk mendorong masuknya investasi.
"Karena dengan mereka berada di luar Indonesia justru bisa menjadi bagian dari jejaring bangsa Indonesia untuk mengembangkan Indonesia di forum yang lebih besar," jelas Hariyono.
Terkait anggapan bahwa 'mereka' yang telah lama bermukim di luar negeri, mungkin saja kurang 'Pancasilais' dibanding yang berada di tanah air, Hariyono pun tidak setuju.
"Tapi kita juga harus merevisi asumsi (selama ini, karena) orang (Indonesia) yang di luar (negeri) belum tentu kurang Pancasilais di banding yang di dalam," kata Hariyono.
Ia menyebutkan contoh yang dialaminya sendiri ketika mengunjungi sahabat diaspora yang bermukim di Melbourne, Australia pada dua bulan lalu.
Saat itu, Hariyono melihat bahwa para diaspora ini lebih menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan mereka selama di sana, dibandingkan sebagian masyarakat yang sudah jelas tinggal di Indonesia.
"Karena fakta menunjukkan orang-orang yang di luar, kebetulan kami pernah diskusi dua bulan lalu di Melbourne, itu teman-teman (diaspora) di Melbourne justru lebih Pancasilais dibanding kita. Jstru (mereka) bisa melihat Indonesia lebih objektif," tegas Hariyono.
Baca: Kejurnas Angkat Besi Digelar di Bandung, PB PABBSI Jadikan Ajang Seleksi Atlet Sea Games
Baca: Fakta Tanaman Bajakah yang Viral Mampu Sembuhkan Kanker, Hasil Penelitian 2 Pelajar Palangkaraya
Baca: Gara-gara Kasus Ikan Asin, Putra Galih Ginanjar Di-bully, Barbie Kumalasari Salahkan Fairuz A Rafiq
Berdasar pada pengalamannya itulah, ia kembali menekankan bahwa bermukim di luar negeri dan tinggal jauh dari tanah air ternyata tidak membuat para diaspora melupakan nilai-nilai Pancasila.
"Hal yang semacam ini kan menunjukkan kepada kita bagaimana teman-teman yang di luar negeri itu tidak selamanya mereka kurang Pancasilais," pungkas Hariyono.