TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Atraksi di atas kendaraan bermotor sejatinya memang berbahaya.
Salah-salah, si pemotor yang melakukan atraksi dapat jatuh dari tunggangannya.
Hal itulah yang juga menimpa Polwan Mojang Lodaya bernama Monica saat beratraksi di gelaran Karnaval Kemerdekaan Sabilulungan 2019 di Jalan Al Fathu, Soreang, Kabupaten Bandung, Minggu (18/8/2019).
Ia terjatuh dari motor gedenya saat melakukan atraksi.
Detik-detik saat Bripda Monica terjatuh dari motor gedenya ini terekam kamera TribunJabar.id.
Baca: Viral Foto-foto Briptu Hikma Nur Syafa, Polwan Berhijab yang Jago Nembak, Kini Bertugas di Afrika
Baca: Dua Polwan di Bursa Capim KPK vs Basaria
Awalnya, ia terlihat melakukan atraksi berdiri di atas.
Atraksi yang dilakukan Monica mulanya berjalan mulus.
Ia tampak tak mengalami kendala apa.
Bahkan, Monica terlihat tertawa sembari menggerak-gerakan tangannya.
Kemudian, momen yang tak diinginkan pun terjadi.
Monica seperti kehilangan keseimbangannya.
Ia terjatuh ke belakang motor dan langsung ambruk di aspal.
Meski Monica terjatuh, motor gedenya tetap melaju cukup kencang di jalur lurus.
Motor gedenya itu bahkan melaju sampai puluhan meter sebelum benar-benar terguling.
Monica yang terjatuh terlihat terduduk.
Ia kemudian dibangunkan rekannya.
Tentu saja, masyarakat yang menonton atraksi tersebut tampak terkejut.
Tak sedikit pula merekam momen berbahaya itu menggunakan kamera ponselnya.
Bripda Monica langsung berdiri kembali.
Meski sempat ada gangguan akibat hal itu, atraksi para Mojang Lodaya kembali dilanjutkan.
Atraksi tersebut kembali mengundang decak kagum warga.
Karnaval Terbesar di Kabupaten Bandung
Ribuan warga Kabupaten Bandung tumplek di jalanan sekitar kompleks perkantoran Pemkab Bandung di Soreang, Minggu (18/8/2019) untuk menyaksikan karnaval memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-74.
Para peserta karnaval berkreasi dengan segala bentuk rupa hiasan menarik dan berwarna-warni.
Ada yang membawa hihid atau kipas, caping, hingga hiasan sayap burung dengan rupa warna.
Sejumlah kendaraan dinas juga turut dihias.
Mereka mengikuti karnaval melintasi ruas jalan di sekitar komplek perkantoran Pemkab Bandung.
Yang tak kalah menarik, sejumlah peserta karnaval juga menari kolosal dengan tema Cetak Cetok Kuminyar Sabilulungan yang diikuti oleh 2.000 penari.
Karnaval juga dilengkapi dengan parade kostum dari sejumlah peserta.
Karnaval ini belangsung meriah.
Menurut pantauan Tribun Jabar, ruas jalan tumplek dengan lautan manusia dipenuhi beragam kostum warna-warni.
Semua peserta maupun warga, menebar senyum.
Catatan Tribun, ini yang pertama digelar di Kabupaten Bandung.
"Karnaval ini sangat meriah, selama saya tinggal di Soreang, ini kayanya yang pertama dan terbesar," ujar Suciwati (36) warga kompleks Soreang Indah. Ia datang bersama anak dan suaminya.
Baca: Bripda Indah, Polwan yang Ikut Berjibaku Padamkan Kebakaran Hutan di Kalimantan
Ia datang sedari pagi saat belum panas terik matahari.
Keluarga ini menikmat setiap rangkaian karnaval yang tersaji. Apalagi, ini kali pertama digelar semeriah tahun ini.
"Istri dan anak terhibur. Suasana karnaval dan para pesertanya menarik dan seru. Harapannya tetap dipertahankan dan rutin digelar tiap tahun," ujar Ramdan (37), suami Suciwati.
Materi yang disajikan peserta karnaval jadi sajian yang menarik, kata Romi (30).
Menurut dia, ini karnaval pertama dan terbesar di Kabupaten Bandung. Kemeriahannya membuatnya berkesan.
"Karena selama ini, kan, tidak pernah ada karnaval sebesar dan semeriah ini. Jadi kami juga kaget ternyata sekeren ini," kata Romi, warga kompleks Gading Tutuka.
Kabid Promosi Disparbud Kabupaten Bandung, Vena Andriawan, mengatakan pihaknya melibatkan penari dari seluruh sanggar tari di Kabupaten Bandung dan sejumlah daerah di Jawa Barat.
"Total peserta dalam karnaval ini sekitar 3.000 personel, untuk penari sendiri sekitar 2.000 penari yang berasal dari seluruh sanggar tari dan komunitas di Jawa Barat," kata Vena.
Vena menambahkan, tari Ceta Cetok Kuminyar merupakan tarian jaipongan yang dimodifikasi menjadi tarian kontemporer.
Nantinya para penari ini akan mengenakan cetok atau topi petani dan membawa hihid atau kipas bambu berwarna merah putih.
"Mereka berlatih sejak dua bulan ke belakang untuk mempersiapkan karnaval ini. Workshop dan coaching dilakukan tiap minggu," katanya.
Penulis: Yongky Yulius