TRIBUNNEWS,COM, JAKARTA - Ketua Umum PB HMI, R. Saddam Al Jihad mengatakan bahwa kondisi genting yang terjadi di Papua harus disadari oleh generasi milenial, generasi muda dan mahasiswa.
Dan generasi muda jangan hanya sibuk teknologi dan melupakan etika budaya sebagai pemersatu bangsa.
Penulis Pancasila Ideologi Dunia ini menilai, mulai ada rentetan konflik yang terjadi di daerah ini dirasa perlu ditelusuri penyebab utamanya.
"Konflik sosial ini jangan dianggap sepele jika kita masih tetap menginginkan keberlanjutan NKRI," tegas Saddam dalam keterangannya, Senin (19/8/2019).
Baca: Polisi: Rusuh di Papua Bermula dari Provokasi Konten Negatif di Media Sosial
Kandidat doktor ilmu pemerintahan ini mengatakan generasi milenial mesti menguatkan pondasi kebudayaan sebagai strategi pemersatuan bangsa.
Bahwa penting kiranya untuk kebudayaan dapat kuat di tengah generasi milenial yang menghamba pada teknologi.
"Kita sebagai generasi milenial adalah pemuda sebagai pertahanan terakhir Republik Indonesia. Maka pertahanan ini harus tulus karena kecintaan pada tanah air bukan pamrih terhadap negeri," ucap pemuda 28 tahun ini.
Saddam menegaskan kalau dirinya sebagai Ketua Umum PB HMI siap mengajak seluruh kader HMI se-Indonesia sebagai penjaga Republik Indonesia.
Dan dirinya tidak rela bila agenda yang terencana dalam melakukan disintegrasi bangsa.
Ia tegaskan setiap pihak yang mencoba melakukan gerakan disintegrasi bangsa akan berhadapan dengan HMI sebagai organisasi yang merawat keumatan dan kebangsaan. Sehingga strategi kebudayaan adalah modal utama ujian persatuan Indonesia.
Terakhir Saddam mengajak generasi muda untuk tidak lupa bahwa kebudayaan adalah alat pemersatu bangsa dan jangan melupakannya.
"Teknologi termaju adalah kebudayaan itu sendiri. Jangan sibuk berpacu pada kecepatan teknologi kalau masih ingin melihat keberlanjutan NKRI. Mari kita jaga kebudayaan timur kebudayaan Indonesia untuk kemajuan bangsa," tuturnya.