Laporan Kontributor Tribunnews.com, Banjir Ambarita
TRIBUNNEWS.COM, PAPUA - Irjen Pol Paulus Watepauw diutus Mabes Polri untuk turut mendinginkan situasi Papua dan Papua Barat pasca rusuh menyikapi dugaan tindakan rasis yang dialami mahasiswa di Surabaya.
Putra Papua yang menyangdang jenderal bintang 2 meminta semua pihak memandang persoalan yang terjadi secara jernih.
Ia berpesan kepada seluruh anak-anak Papua yang menempuh study di luar Papua, untuk tidak cengeng dan selalu mampu beradaptasi.
“Pesan saya sebagai anak Papua yang juga pernah merantau untuk menempuh pendidikan, jangan cengeng sebagai manusia, harus tegar bisa mandiri dan selalu mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar dimana kita tinggal,”ujar Waterpauw, saat ditemui di Jayapura Sabtu (24/8/2019).
Apalagi, pelajar atau mahasiswa Papua saat ini, tugasnya tinggal belajar saja tidak perlu lagi memikirkan hal lain seperti dana study karena semua sudah disiapkan pemerintah.
“Bagi adek-adek yang study di luar Papua dan difasilitasi pemerintah, belajar yang baik, jangan terpengaruh dengan hal-hal lain apalagi menentang pemerintah. Masak penerintah yang biayai lalu menentang pemerintah, kan itu sudah tak benar,” kata Waterpauw.
Di era saat ini, Papua dan Papua Barat benar-benar diistimewakan pemerintah dari berbagai aspek sehingga harus dimanfaatkan untuk belajar yang baik.
Baca: Saling Jaga Toleransi untuk Antisipasi Insiden Penyerbuan Asrama Papua
“Perhatian pemerintah saat ini cukup tinggi terutama bidang pendidikan dan kesehatan. Dibanding jaman saya ribuan kali lebih baik jaman sekarang, mestinya itu harus dibalas dengan study yang benar,” kata Waterpauw.
Watepauw melanjutkan, jamannya merantau dari Papua ke Surabaya pada usia 10 tahun, kondisi ketika itu sangat sulit. Harus dengan kapal bisa dengan jarak tempuh berbulan-bulan.
“Tidur di dek bersama sayur-sayuran, hewan, kalau hujan langsung disiram, ketika itu hanya bisa berdoa saja. Beda dengan jaman sekarang, generasinya sudah naik Garuda,”ungkap Waterpauw.
Ia juga meminta pemerintah daerah yang memfasilitasi para pelajar mau maupun mahasiswa study di luar Papua, selalu memberikan pendampingan.
“Jangan dilepas saja di asrama, tapi harus ada pendampingan, sehingga mereka tahu bersosialisasi dengan warga sekitar,”paparnya.
Sebagai pembina alumni pelajar dan mahasiswa Papua di Jawa Timur, Waterpauw sangat prihatin dengan kejadian Surabaya yang kemudian merembet ke Papua dan Papua Barat, dan terjadi tindakan anarkis. “Saya prihatin dengan kejadian seperti ini, karena saya juga alumni Jawa Timur dan sekarang sebagai pembina, belum pernah ada peristiwa seperti ini,”ujarnya.
Paulua Waterpauw juga meminta semua pihak mendengar apa yang menjadi himbauan presiden dan pejabat negara lainnya.
“Bapak presiden mau undang tokoh-tokoh, mari ikuti bicara yang baik,” katanya.