TRIBUNNEWS.COM, MANOKWARI - Sepekan setelah dilanda rangkaian demonstrasi berujung pembakaran di Manokwari di Papua Barat, sejumlah warga menyatakan masih "takut".
Wartawan Cahaya Papua, Safwan Ashari, kepada BBC News Indonesia mengatakan aktivitas ekonomi seperti di pasar, swalayan, dan di kios kecil telah berjalan, meski masih ada sejumlah toko tutup.
Beberapa sekolah di Manokwari pun meliburkan siswa, karena khawatir kejadian pekan lalu terulang kembali.
Di jalan-jalan utama, masih terlihat polisi bersenjata lengkap berjaga-jaga dan sesekali melakukan patroli.
Baca: Minta Dinormalkan, Warga Manokwari Mulai Banyak Keluhkan Susahnya Mengakses Internet
Sejumlah warga kota menyatakan masih khawatir.
Putri Puspitasari, di antaranya yang berjualan di pasar setempat dan mengaku dirinya hingga kini masih khawatir dengan kondisi keamanan.
Apalagi ada rumor bahwa ada demonstrasi susulan.
"Baru dua tahun di sini, kemudian kemarin terjadi kejadian itu. Jadi perasaannya takut. Tapi juga berat mau ninggalin (Manokwari)," kata Putri.
Di lapak pakaian Pasar Sanggeng, warga kota lain, Yanti, mengatakan sempat tidak berjualan tiga hari. Dia baru membuka lapaknya pada Kamis (22/8).
"Alhamdulillah ketakutan itu sudah tidak ada. Jadi ya kita percaya aparat lah," ucapnya.
Baca: Polda Papua Barat Tetapkan Tiga Tersangka Pembobol ATM dan Pembakar Bendera di Manokwari
Sementara itu, guru agama SD Negeri 4 Amban, Kabupaten Manokwari, Doli Ijie, mengatakan kegiatan belajar-mengajar tidak optimal karena orang tua murid merasa risau.
"Kita juga tidak bisa tahan anak, orang tua juga takut," kata Doli.
Dirinya sempat menanyakan kehadiran orang tua kepada kepala sekolah.