TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mewujudkan pernyataan sebelumnya, Aliansi Pengemudi Angkutan Barang Indonesia (APABI) menurunkan ratusan armadanya ke Balaikota. Sekurang kurangnya 400 kendaraan angkutan barang dari berbagai jenis yang semuanya plat hitam bersama pengemudinya demo di depan kantor Gubernur DKI Jakarta, Selasa (27/8/2019) memprotes kebijakan perluasan nopol ganjil genap di ibukota.
Koordinator Aksi yang juga ketua AKABI, Rusli Sudin, dalam orasinya, menyatakan, ponerapan ganjil genap menyengsarakan para pengemudi
angkutan barang yang beroperasi ataupun yang melintas di wilayah DKI Jakarta.
Perluasan ganjil genap juga menghambat distribusi barang yang berujung kerugian para pengemudi, masyarakat dan pelaku usaha/bisnis.
Rusli menegaskan, Jakarta adalah kota bisnis dan kota jasa sehingga kelancaran dan kecepatan dalam distribusi barang sangat diperlukan
untuk meningkatan daya saing para pelaku usaha.
Ditambahkan, peraturan ganjil genap sangat merugikan para pengemudi sebagai jasa pengantar barang karena akan semakin sulit mencari nafkah
untuk keluarganya. “Maka kita tolak ganjil genap untuk mobil angkutan barang, “ teriaknya, disambut yel yell pengemudi, “tolak !! tolak..!!
Tak lama setelah orasi, pihak Dinas Perhubungan meminta 10 wakil dari delegasi untuk menyampaikan aspirasi langsung. Mereka diterima di
lantai 17 oleh Kepala Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta bersama stafnya.
“Saya mewakili kepala dinas karena berada di acara lain di Jakarta Selatan, “ kata Massdes.
Pihak Dishub mendengarkan aspirasi para delegasi yang merupakan wadah dan paguyuban pengemudi dari berbagai wilayah di ibukota dan daerah,
dan sesudahnya menjelaskan bahwa sejauh ini masih tahap sosialisasi. “Saya belum bisa mengambil keputusan, karena juga menampung aspirasi
dari komunitas dan aliansi lain, “ terang Massdes Arouffy.
Pihaknya menjanjikan akan mengajak bicara wakil APABI sebelum mengambil keputusan yang berlaku sejak 9 September 2019 ini.
Rusli Sudin menyatakan, memahami alasan Dishub, dan pihaknya dan kawan kawan menunggu. Namun pihaknya memastikan akan mengerahkan armada yang lebih besar jika tuntutan tidak dipenuhi.
”Di DKI Jakarta saja kami ada 3.000 - 3.500 pengemudi dan armada. Kami bisa turunkan semua, “ kata Rusli Sudin dan tuntutan kita tetap tidak berubah tegasnya.