Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr.Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menyampaikan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di beberapa negara umumnya tergantung pada kesempatan bonus demografinya.
“Seandainya kita geser ke Kalimantan Timur maka pola migrasi penduduk berubah, kalau berubah maka pemerataan bonus demografinya akan lebih cepat sehingga kesejahteraan akan lebih cepat dari sisi kajian kependudukan seperti itu,” ungkap Hasto, dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Sabtu (31/8/2019).
Baca: Permudah Layanan, BKKBN Kembangkan Kampung KB Terintegrasi RPTRA
Setelah bonus demografi tercapai, selanjutnya akan terjadi jendela peluang (window of opportunity), yaitu kondisi ketika angka ketergantungan berada pada tingkat terendah, yaitu rasio ketergantungan 44 per 100 pekerja, yang diperkirakan akan terjadi selama 10 tahun dari 2020 sampai dengan tahun 2030.
Penurunan rasio ini disebabkan oleh menurunnya jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga di Indonesia.
Hal ini membuat beban yang ditanggung penduduk usia produktif makin sedikit.
“Sebuah kondisi struktur umur penduduk yang nyaman dan ideal untuk melaksanakan pembangunan, untuk investasi peningkatan kualitas anak dan persiapan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup lanjut usia di masa depan,” katanya.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memutuskan Kalimantan Timur menjadi lokasi ibu kota baru.
"Hasil kajian menyimpulkan ibu kota baru ada di sebagian di kabupaten Penajam Utara dan sebagian Kutai Kartanegara," ucap Jokowi.
Ia menerangkan alasan pemindahan ibu kota ke wilayah itu telah berdasarkan hasil kajian, yakni resiko ancaman bencana minimal mengancam seperti banjir, gempa bumi, tsunami, gunung berapa, tanah longsor.
Kedua, lokasi berada di tengah-tengah sehingga strategis.
"Serta lokasinya terletak berdekatan dengan perkotaan yang berkembang seperti Samarinda dan Balikpapan dengan infrastruktur yang lengkap," jelas Jokowi.
Terakhir, kata Jokowi, lahan yang dikuasai oleh pemerintah cukup luas.
"Lahan yang dikuasai oleh pemerintah adalah kurang lebih 180ribu hektar," kata Jokowi.
Baca: Ini Tugas yang Diberikan Menteri Kesehatan Kepada Kepala BKKBN yang Baru
Ia memastikan, pemindahan ibu kota ke wilayah baru melingkupi pusat pemerintahan.
Sementara, pusat bisnis, keuangan, maupun perdagangan tetap berada di DKI Jakarta.