Pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus mencari peluang meningkatkan ekspor produk pertanian nasional untuk menambah pundi-pundi pendapatan devisa negara. Peluang yang saat ini digenjot yaitu dengan menciptakan petani yang produknya siap ekspor.
“Kita siapkan petani untuk menghasilkan produknya siap ekspor, jadi kita akan dorong Balai Pelatihan yang kita miliki untuk membina petani atau pemuda-pemuda yang siap terjun ke sektor pertanian dan menghasilkan produk siap ekspor,“ ungkap Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Prof. Dr. Dedi Nursyamsi, MSc. setelah melantik pejabat eselon III dan IV lingkup BPPSDMP di Jakarta, Jum’at (30/8).
Dedi menegaskan bahwa kita memiliki keyakinan untuk bisa menciptakan petani dan pemuda-pemuda atau generasi milenial yang bisa terjun di sektor pertanian untuk menghasilkan produk dan produknya untuk diekspor. Badan PPSDMP ini didorong untuk menciptakan petani dan pemuda milenial yang memiliki jiwa enterpreneur. BPPSDMP memiliki tiga pilar yaitu Penyuluhan, Pendidikan dan Pelatihan. Objek dari penyuluhan adalah petani, sedangkan pendidikan yaitu generasi muda dan pelatihan adalah petani dan generasi muda. Maka kedepan bagaimana BPPSDMP mencetak petani dan generasi milenial yang cerdas, smart dan kuat untuk menjadi pejuang-pejuang dalam menghasilkan pundi-pundi devisa negara.
“Balai Pelatihan yang kita miliki sudah banyak membina pemuda-pemuda dan petani yang menghasilkan produk-produk yang siap ekspor, tinggal beberapa sentuhan lagi kepada mereka insya’allah kita mampu menciptakan petani dan pemuda milenial yang produknya siap ekspor. Kita juga melakukan pendampingan dan pembinaan pada Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) yang telah sukses bahkan menghasilkan produk-produk yang bisa bersaing, “ tutur Dedi.
Dedi menyampaikan bahwa P4S yang dibina oleh Kementan melalui Balai Pelatihan ini telah banyak menghasilkan produk-produk unggulannya, bahkan ada yang sudah ekspor. Contohnya P4S Sirtanio di Banyuwangi Jawa Timur produknya sudah di ekspor ke beberapa negara seperti Italia, Australia dan Amerika.
Beras organik produksi Banyuwangi tersebut telah resmi diekspor ke Italia. Italia adalah pasar terbaru dari beras organik Banyuwangi setelah sebelumnya diekspor ke sejumlah negara. Prosesi ekspor perdana tersebut berlangsung di Padepokan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Swadaya (P4S) Sirtanio, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur pada awal tahun tepatnya bulan Maret 2019.
Ketua P4S Samanhudi yang sempat dihubungi oleh redaksi menyampaikan bahwa beras yang dieskpor itu produksi P4S Sirtanio yang merupakan hasil kegiatan agribisnis anak-anak muda dan petani di Banyuwangi. Beras organik yang diekspor adalah Beras Merah Varietas Belambangan A3, Beras Hitam Melik A3, dan Beras Sunrise of Java. Varietas-varietas tersebut telah kami didaftarkan sebagai padi asli Banyuwangi oleh Dinas Pertanian di Kementerian Pertanian.
“Kami saat ini telah melakukan ekspor beras ke Itali rutin setiap bulannya yaitu sebanyak 2,8 ton, ke negara lain yaitu Australia dan Amerika memang volumenya masih belum sebesar ke Italia. Tapi kalau permintaan cukup besar dan kami coba untuk terus meningkatkan kualitas produk kami agar bisa merambah ke negara lainnya, “ ujar Samanhudi.
Samanhudi juga menyampaikan bahwa permintaan dari luar negeri khusus beras organik dari Banyuwangi saat ini sangat besar. Dari China, misalnya, sebesar 60 ton per bulan. Belum lagi dari Amerika Serikat. Kapasitas kami terbatas, baru bisa kami penuhi secara bertahap. Ke depan, kami terus merangkul petani-petani lainnya agar dapat meningkatkan volume produksinya dan kita siap untuk memenuhi permintaan tesebut.
Para petani tersebut awalnya adalah kelompok yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan pertanian organik Dinas Pertanian Banyuwangi berkerja sama dengan BBPP Ketindan. Kelembagaan pengelolaan usaha P4S Sirtanio menggunakan sistem corporate farming. Yakni menggabungkan lahan usaha para petani mitra untuk dikelola secara terpadu dalam satu sistem. Saat ini sudah kurang lebih 120 petani yang bergabung menjadi mitra P4S Sirtanio.
“Kami dorong para petani menjadi mitra P4S Sirtanio, petani mendapat sejumlah keuntungan. Gabah hasil panen mereka pasti dibeli dengan harga 20 sampai 30 persen lebih tinggi dibanding harga umum. Keuntungan lain menjadi anggota P4S ini yaitu kita bekali budidaya secara organik, serta bagaimana kita berikan pelatihan untuk penangganan serangan hama dan penyakit, “ tutup Samanhudi.
Harapannya kedepan kita dapat mitra petani yang tidak hanya dari wilayah Kabupaten Banyuwangi melainkan daerah-daerah lainnya juga. Karena permintaan akan beras organik ini cukup besar. Pola kelembagaab P4S ini juga dapat dikembangkan didaerah-daerah lain sehingga mempunyai produk-produk yang siap di ekapor dan menambah pundi-pundi devisa.(*)