Setelah menjadi presiden, Habibie mengalami masa menegangkan yaitu ketika pada 22 Mei mendapat laporan adanya pergerakan pasukan liar di sekitar rumah pribadinya, kawasan Patra Kuningan, Jakarta.
Bagaimana kondisinya saat itu?
Jadi begini, saya memang nguping soal adanya pergerakan pasukan liar di sekitar rumah Pak Habibie. Pada sore menjelang malam, saya mendapat telepon dari Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) Mayjen ZA Maulani.
Beliau bilang, "Din, hati-hati ini banyak pasukan liar." Pangkat saya waktu itu kolonel, sedangkan Pak ZA Maulani jenderal bintang dua. Saya pikir intergitas beliau tidak diragukan.
Saya minta kepada paspamres (pasukan pengamanan presiden) memperkuat penjagaan.
Apakah Anda melaporkan informasi itu kepada Presiden Habibie?
Tidak. Karena saya dengar laporan serupa telah disampaikan Jenderal TNI Wiranto sebagai Panglima ABRI kepada Pak Habibie. Saya nggak perlu lapor lagi.
Langkah berikutnya, saya menggelar tikar dan tidur di depan pintu kamar Pak Habibie (bukan tidur di bawah ranjang Habibie seperti banyak diberitakan sebelumnya).
Saya bawa senjata laras panjang untuk jaga-jaga kalau ada apa-apa terhadap Pak Habibie.
Pada saat subuh Pak Habibie sempat melangkahi tubuh saya. Beliau tanya, "Siapa ini?" Saya jawab, "Hasanuddin, Pak." Pak Habibie tanya lagi, "Kamu ngapain tidur di sini?" Saya jawab lagi," Saya jaga Bapak."
Saya tidak melihat kekhawatiran atau ketakutan di wajah beliau. Biasa saja.
Anda saat itu bawa senjata laras panjang jenis/merek apa?
Pokoknya senapan lah, saya nggak mau nyebutin namanya, nggak enak saya.
Apa ada lagi informasi lanjutan yang disampaikan Kepala Bakin kepada Anda?
Beberapa hari kemudian Kepala Bakin menelepon lagi malam-malam. Beliau bilang, "Hasanuddin ini ada rencana untuk meracuni Patra Kuningan (kediaman BJ Habibie). Kamu harus mengambil tindakan."