TRIBUNNEWS.COM, RIAU - Tingginya level kabut asap yang diakibatkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau, semakin mendorong pemerintah meningkatkan upaya penanganan dalam memadamkan, serta melakukan pencegahan agar bencana ini tidak meluas.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menggelar Rapat Terbatas (Ratas) tentang Karhutla, secara langsung di Pekanbaru, Riau, Senin (16/9/2019) malam yang dihadir para menteri dan pimpinan lembaga terkait.
Pasca ratas tersebut, seluruh kementerian dan lembaga terkait pun langsung menjalankan tugas masing-masing dalam bersinergi menangani bencana tahunan ini.
Seperti yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang terus mengoptimalkan pengoperasian Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di kawasan tersebut.
Kepala BPPT Hammam Riza memantau secara langsung pengoperasian tersebut di Posko Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Karhutla Riau di Landasan Udara (Lanud) Rusmin Noerjadin Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019).
Ia mengatakan, lembaganya akan fokus mengupayakan tindakan penanganan sekaligus pencegahan agar karhutla Riau tidak meluas, sesuai instruksi Presiden Jokowi saat memimpin Ratas.
Upaya pemadaman titik panas (hotspot) itu dilakukan melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT.
Perlu diketahui, BPPT telah melakukan operasi TMC di Riau sejak Juli lalu, namun upaya tersebut dinilai belum optimal lantaran terkendala jumlah pesawat yang digunakan untuk upaya memadamkan titik panas.
Awalnya, selama mengoperasikan teknologi satu ini untuk mengatasi karhutla, lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tersebut hanya mengandalkan satu unit pesawat saja.
Padahal luas wilayah target operasi membutuhkan lebih banyak unit pesawat operasional.
Sehingga pada awalnya, ia mengakui penanganan pun tidak maksimal.
"Dukungan armada pesawat untuk Operasi TMC hanya berjumlah satu unit, sementara wilayah target operasi kami meliputi seluruh Riau," ujar Hammam.
Hammam menyebut pesawat yang digunakan sejak awal itu telah memiliki sebanyak 47 sorti atau setara 93 jam 54 menit jam terbang.
Hingga akhirnya, pada 11 dan 14 September lalu, TNI Angkatan Udara (AU) mendatangkan pesawat bantuan untuk membantu operasi TMC di Riau.
Pesawat pertama adalah CN 212-200 A-2108 yang telah melakukan 3 kali sorti sejak digunakan untuk menangani karhutla pada 12 September 2019.
“Pada tanggal 11 September datang pesawat milik TNI AU CN 212-200 A-2108 yang telah melakukan 3 kali sorti penerbangan sejak 12 September," kata Hammam.
Sedangkan pesawat kedua adalah CN-295 A-2901 yang baru saja mendarat di Pekanbaru, Riau, pada Sabtu lalu.
"Sementara pesawat CN-295 TNI AU A-2901, baru tiba pada 14 September," jelas Hammam.
Hingga saat ini, BPPT pun terus mengoptimalkan operasi TMC tidak hanya di Riau, namun juga beberapa wilayah terdampak karhutla lainnya di tanah air, seperti Kalimantan.