TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seluruh anggota direksi Perum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) terjaring dalam operasi tangkap tangan (OTT) yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Senin (23/9/2019).
Wakil Ketua KPK Laode M Syarif mengatakan, tiga dari sembilan orang yang ditangkap merupakan direksi Perum Perikanan Indonesia.
Baca: Direksi Perindo Kena Ciduk KPK Terkait Impor Ikan, Menteri Susi Pudjiastuti Angkat Bicara
"KPK mengamankan total 9 orang di Jakarta dan Bogor pada siang dan malam ini. Tiga orang diantaranya adalah jajaran Direksi dan sisanya pegawai Perum Perindo, serta pihak swasta importir," kata Laode dalam keterangan tertulis, Senin (23/9/2019).
Melihat situs resmi perusahaan, Selasa (24/9/2019), perum Perindo memang hanya memiliki tiga anggota direksi, yaitu Direktur Utama Risyanto Suanda, Direktur Keuangan Arief Goentoro, dan Direktur Operasional Farida Mokodompit.
Perum Perindo bergerak di lini usaha perikanan dan kelautan yang beroperasi dari hulu ke hilir. Perusahaan pelat merah di bidang perikanan itu sudah beroperasi selama 29 tahun.
Perum Perindo fokus di tiga kelompok lini usaha, yaitu usaha jasa kepelabuhan, jasa utilities seperti air bersih, perbekalan kapal, BBM dan menyusul penyediaan energi.
Lini usaha yang lain yaitu budidaya, penangkapan ikan hingga pengolahan dan perdagangan ikan dan hasil laut lainnya.
Ke depan, Perum Perindo berencana mengelola pengusahaan jasa wisata, kuliner hingga edukasi maritim.
Saat ini Perum Perindo tercatat memiliki enam kantor cabang. Di antaranya di Belawan, Muara Baru, Pekalongan, Brondong, Pemangkat, Karawang.
Selain di sembilan lokasi pelabuhan di atas, Perum Perindo mengembangkan operasinya 29 wilayah. Kini wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Indonesia, dari Aceh sampai Papua.
Adapun modal perusahaan pada saat ini sebesar Rp 341,43 miliar. Pada 2017, Perum Perindo mencatatkan jumlah pemasaran hasil perikanan 25 ribu ton, dan pada 2018 naik dua kali lipat menjadi 50 ribu ton. Pada 2021, hasil pemasaran ditargetkan meningkat lima kali lipat menjadi 250 ribu ton.
Kemudian pendapatan perusahaan dicatatkan terus mengalami peningkatan dari sekitar Rp 200 miliar di 2016 menjadi Rp 1 triliun di 2018.