Viral Video Tiga Tindakan Represif Polisi pada Demonstran, di Jakarta hingga Makassar
TRIBUNNEWS.COM - Aksi demonstrasi mahasiswa di berbagai kota diwarnai adanya tindakan represif aparat polisi terhadap mahasiswa.
Sejumlah tindakan represif polisi terhadap demonstran itu terekam kamera dan viral di media sosial.
Di antaranya terjadi di Jakarta, Sumatera Utara, dan Makassar.
Berikut rangkumannya dari Kompas.com, Rabu (25/9/2019):
1. Polisi Pukuli Seorang Mahasiswa di Sumatera Utara
Sebuah video yang beredar di media sosial Twitter memperlihatkan beberapa personel kepolisian mengenakan pakaian anti-huru hara tampak memukuli seseorang.
Baca: Ada Provokator di Tengah Pendemo di Depan Gedung DPRD Jabar, Wawancara dengan Presiden BEM Tel-U
Seperti terlihat melalui video, korban yang dipukuli tampak mengenakan jas berwarna hijau yang terlihat seperti jaket almamater kampus.
Korban yang mengenakan jas hijau tersebut tampak dipukuli beberapa kali.
Meski sempat terjatuh, seperti terlihat dari rekaman video, aparat tampak kembali memukuli korban.
Terlihat pula dari rekaman video, tampak orang lain dengan kemeja kotak-kotak juga dipukuli oknum aparat kepolisian.
Peristiwa itu diduga terjadi di wilayah Sumatera Utara.
Mengutip Kompas.com, Polda Sumatera Utara mengaku sedang mendalami dugaan kekerasan oleh aparat kepolisian yang terekam dalam video dan tersebar di media sosial.
"Kita sedang selidiki dan proses anggota yang tidak sesuai SOP," kata Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Tatan Dirsan Atmadja ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (24/9/2019) malam.
2. Polisi Masuk ke Masjid tanpa Lepas Sepatu
Aksi tak terpuji dilakukan oleh sejumlah polisi di Makassar.
Mengutip dari Kompas.com, sebuah video yang menampilkan polisi berseragam lengkap membawa tameng dan pentungan masuk ke dalam masjid, menjadi viral di media sosial, Selasa (24/9/2019).
Baca: Fahri Hamzah Kaget Demo Tolak RKUHP Ricuh: Seluruh Guru Besar FH Diam karena Ini Karya Mereka
Dalam video tersebut, polisi yang masih mengenakan sepatu, memukuli mahasiswa yang diduga melakukan demo menolak pengesahan Undang-Undang KPK, RKUHP, RUU Pemasyarakatan, RUU Pertanahan, dan RUU Minerba.
Berbagai komentar di media mengecam anggota polisi yang masuk masjid mengenakan sepatu hingga memukuli mahasiswa.
Peristiwa itu diduga terjadi pada saat demo mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel Kombes Dicky Sondani awalnya mengatakan, video yang viral tersebut bukan terjadi di Kota Makassar.
Saat dikonfirmasi pada Selasa malam, dia menyebut kejadian itu terjadi di wilayah Pulau Jawa.
Dia pun meminta agar wartawan tidak membesar-besarkan berita tersebut yang belum diketahui kebenarannya.
Namun, setelah dicek kebenarannya, video anggota polisi yang memukuli mahasiswa itu terjadi di salah satu masjid di Kota Makassar.
Masjid tersebut tidak jauh dari lokasi bentrokan antara mahasiswa dengan aparat kepolisian.
Pada Rabu (25/9/2019), Kombes Dicky Sondani akhirnya meralat penyataannya dan membuat klarifikasi dalam keterangan tertulis.
Dalam rilisnya, Dicky mengatakan, Kapolda Sulsel Irjen Mas Guntur Laupe meminta maaf atas kejadian tersebut.
Baca: Polisi Intimidasi Wartawan Saat Demo Mahasiswa di DPR, Komnas HAM Minta Penjelasan Irwasum Polri
Menurut Dicky, awalnya kejadian dalam video tersebut mirip kejadian di Petamburan, Jakarta.
Namun, setelah dilakukan pengecekan di lapangan, dapat dipastikan bahwa masjid itu ada di sebelah Kantor DPRD Sulsel.
Dicky mengatakan, awalnya anggota polisi yang sedang melakukan pengamanan demonstrasi di Kantor DPRD, dilempari mahasiswa yang demo dengan batu.
Pasca lemparan itu, terjadi pengejaran mahasiswa oleh anggota polisi.
Namun, mahasiswa bersembunyi di masjid di samping Kantor DPRD.
Dicky mengatakan, mahasiswa yang melempari polisi sengaja menjadikan masjid sebagai tempat berlindung.
Akhirnya, polisi menangkap mahasiswa pelaku pelemparan yang bersembunyi di masjid.
"Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Polda Sulsel memohon maaf yang sebesar-besarnya atas insiden tersebut," kata Dicky.
Dicky mengatakan, oknum polisi yang melakukan tindakan berlebihan akan diproses secara hukum.
Namun, mahasiswa yang demo sambil melakukan pelemparan juga akan diproses secara hukum.
Menurut Dicky, Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sulsel akan segera melakukan penyelidikan terhadap insiden tersebut.
"Demikian klarifikasi ini kami buat atas petunjuk Bapak Kapolda Sulsel," kata Dicky.
3. Polisi Keroyok Demonstran yang Sudah Lemas
Pengeroyokan dilakukan aparat kepolisian di tengah kerusuhan yang terjadi pasca demo mahasiswa di depan gedung DPR, Selasa (24/9/2019).
Salah seorang wartawan Kompas.com menyaksikan peristiwa pengeroyokan itu terjadi di pintu samping Jakarta Convention Center (JCC).
Peristiwa terjadi sekitar pukul 19.00 WIB.
Saat itu, polisi sedang kewalahan menghadapi banyaknya mahasiswa yang mengepung pintu samping JCC, dekat jembatan Ladogi, Jalan Gerbang Pemuda, Senayan.
Polisi berkali-kali menembakkan kembang api, juga gas air mata.
Namun, mahasiswa yang mengenakan beragam warna jaket almamater masih tetap bertahan.
Baca: Diduga Kelompok Anarko Sindikalis Ikut Demo, Polisi Serang Massa, Mahasiswa Teriak: Salah Kami Apa?
Tak lama kemudian, wartawan Kompas.com menyaksikan beberapa polisi terluka.
Mereka diselamatkan rekannya dibawa masuk ke dalam JCC.
Satu per satu polisi tumbang.
Namun, di antara polisi yang diselamatkan itu, ada tiga orang pria yang juga turut diamankan polisi.
Tak diketahui pasti apakah ketiga pria itu mahasiswa atau bukan.
Namun, satu orang di antaranya cukup menyita perhatian.
Pasalnya, pria yang bertelanjang dada itu tengah dikerumuni belasan personel kepolisian berpakaian hitam lengkap dengan helm dan tameng di tangan mereka.
Pria itu tersungkur, meringkuk tak berdaya.
Polisi terus menginjaknya tanpa ampun sambil berteriak memakinya.
Tampak beberapa personel polisi yang berusaha menahan amuk rekannya itu, namun amarah tak bisa dibendung.
Pukulan juga injakan ke bagian dada dan muka terus didapat pria yang tak diketahui identitasnya tersebut.
Kompas.com mendengar teriakan, "Ampun bang!" dari pria itu.
Lagi-lagi, teriakannya tak didengar.
Wajahnya mulai berlumuran darah.
Hanya beberapa detik kemudian, pria itu tampak lemas tak bergerak.
Tak ada lagi perlawanan ataupun permintaan tolong.
Polisi kemudian tersadar aksi mereka terekam kamera.
Mereka berusaha memukul dan mengintimidasi agar Kompas.com menghapus video itu.
Namun, seorang polisi lainnya menyelamatkan wartawan Kompas.com dan meminta pengertian bahwa rekannya saat itu sedang marah.
Wartawan Kompas.com kemudian dijauhkan dari kerumunan polisi yang mengeroyok tadi.
Tak diketahui nasib pria itu hingga kini.
Terkait kasus ini, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengaku masih belum mengetahui peristiwa tersebut.
Saat ini, polisi masih mendalami informasi itu.
Baca: VIRAL Polisi Terus Injak Demonstran di JCC hingga Wartawan Ikut Diintimidasi
Sementara itu, Komisioner Kompolnas Dede Farhan Aulawi mempersilakan kasus ini dilaporkan ke pihak Propam.
Jika tidak ditindaklanjuti, hal tersebut bisa dilaporkan ke Kompolnas.
"Polri bekerja melaksanakan tupoksi harus sesuai dengan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Jika ada oknum anggota yang dinilai melakukan pelanggaran, bisa dilaporkan ke propam," kata Dede melalui pesan singkat yang diterima reporter Kompas.com, Devina Halim.
(Kompas.com/Devina Halim/Kontributor Makassar, Hendra Cipto)