Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) yakni Randy (21) dan Muhammad Yusuf Kardawi (19).
Keduanya meninggal usai mengikuti aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sulawesi Tenggara (Sultra) yang berakhir ricuh pada Kamis (26/9/2019) kemarin.
Baca: Sama-sama Ditangkap Polisi lalu Dilepaskan, Ini Beda Nasib antara Dandhy Laksono dan Ananda Badudu
"Inalillahi wainalillahi rajiun saya atas nama Pemerintah menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya ananda Randy dan ananda Yusuf Kardawi. Saya sudah mendapatkan laporan dari Kapolri bahwa memang keduanya ini berdemonstrasi menyampaikan aspirasi di DPRD di Kendari," ucap Jokowi, Jumat (27/9/2019) siang usai salat jumat di Masjid dalam komplek Istana Kepresidenan Jakarta.
Jokowi melanjutkan, korban Randy meninggal karena luka tembak saat berlangsungnya demonstrasi.
Sementara Yusuf Kardawi meninggal setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit.
Baca: Ular Sanca 3,5 Meter Ditangkap Saat Akan Naik ke Perahu Petugas UPK di Tengah Kali Pesakih
Terkhusus untuk kedua orang tua Randy dan Yusuf Kardawi, Jokowi berharap diberikan ketabahan dan keikhlasan atas meninggalnya kedua ananda.
"Semoga apa yang diperjuangkan oleh Ananda Randi dan Ananda Yusuf menjadi kebaikan bagi bangsa ini dan mendapatkan tempat yang paling mulia di sisinya," ungkap Jokowi.
Randi tewas saat berunjuk rasa
Randi (21), seorang mahasiswa di Kendari, Sulawesi Tenggara tewas saat melakukan demonstrasi di Gedung DPRD Provinsi Sultra, Kamis (26/9/2019).
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari itu dinyatakan meninggal karena mengalami luka parah di dada sebelah kanannya.
Sebelum meninggal, Randi sempat mendapat perawatan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Ismoyo Kendari.
Mahasiswa semester 7 itu dilarikan ke Rumah Sakit Korem pada pukul 15.30 Wita, dan dinyatakan meninggal pada pukul 15.45 Wita.
Tim Medis RS Ismoyo Kendari Sersan Mayor Salam SR mengatakan, sekitar pukul 15.00 Wita lebih, Randi dibawa oleh sejumlah rekannya ke Unit Gawat Darurat RS Dokter Ismoyo dalan keadaan kritis.
Baca: Kronologi Tewasnya Seorang Mahasiswa di Kendari saat Demonstrasi, Alami Luka Parah di Dada
Namun nahas, nyawa Randi tidak tertolong.
Danrem 143 Haluoleo Kendari Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto yang berada di RS Ismoyo membenarkan jika mahasiswa itu meninggal saat aksi unjuk rasa di gedung DPRD Sultra.
Namun demikian, Danrem belum dapat memastikan penyebab kematian korban apakah akibat luka tembakan atau luka benda tajam.
"Iya, memang ada luka di dadanya. Kami periksa kedalaman dua jari, tapi belum temukan benda apa di dalamnya ," kata Danrem.
Tanggapan Polri
Sementara saat dihubungi Tribunnews.com melalui aplikasi pesan WhatsApp, Karo Penmas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan pihaknya akan terlebih dulu mendalami penyebab tewasnya Randi.
“Kita akan dalami dan selidiki, apakah betul mahasiswa tersebut luka tembak," kata Dedi.
Dedi melanjutkan, saat ini korban sedang diautopsi di rumah sakit.
Melalui autopsi itu, akan diketahui penyebab utama meninggalnya Randi.
Menurut Dedi, dalam penanganan untuk rasa, polisi tidak dibekali dengan senjata api maupun peluru tajam.
"Kebijakan Polri dalam mengawal dan mengamankan aksi unras (unjuk rasa) personel Polri tidak dibekali senjata api maupun peluru tajam. Hanya water canon, gas airmata dan tameng sebagai pelindung diri untuk menghadapi para perusuh," kata dia.
Kakak Korban Histeris
Di RS Ismoyo Kendari, kakak korban saat tiba di UGD menangis histeris saat mengetahui adiknya meninggal dunia.
Bahkan, ia sempat pingsan dan tidak bisa berdiri lagi, dan beberapa orang kerabatnya menggandeng kakak dari almarhum Randi.
Selain Randi, seorang mahasiswa lain, Yusuf Kardawi (19), semester tiga dari Fakultas Teknik UHO sedang kritis dan menjalani perawatan serius di RS Bahteramas.
Kronologi Bentrokan
Demonstrasi yang dilakukan ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi Kota Kendari di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (26/9/2019) berakhir ricuh.
Bentrokan bermula ketika Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Saleh, Wakil Ketua Nursalam Lada dan Herry Asiku sempat keluar dari gedung DPRD menuju ke depan pintu masuk untuk menemui massa aksi.
Namun, terjadi perbedaan pandangan dari beberapa pemimpin lapangan mahasiswa.
Baca: Pilih Jadi Tukang Ojek dan Sering Absen Bertugas, Seorang Perwira Polisi di Kendari Dipecat
Tidak diketahui apa yang menjadi substansi dari perbedaan itu.
Mereka lalu berinisiatif berkumpul untuk menyatukan pendapat.
Kurang lebih setengah jam berdiskusi, mereka kemudian melakukan orasi di atas mobil tronton.
Abdurrahman Saleh ikut naik ke atas mobil bersama Nursalam Lada dan beberapa anggota lain.
"Saya mau naik di situ, tapi sebelum naik saya mau dengar aspirasi kalian," ungkap Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Sultra tersebut.
Orasi dimulai oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UHO Maco, di saat bersamaan juga mahasiswa teknik ikut berorasi sendiri mengabaikan orasi Maco.
Terjadi desakan dari beberapa organisasi kemahasiswaan untuk tidak menerima Ketua DPRD di jalan, melainkan masuk ke dalam gedung.
Desakan itu diamini semua pemimpin lapangan, mahasiswa langsung berkumpul dan mendesak masuk.
Situasi pun kurang kondusif, para anggota DPRD kemudian satu persatu masuk ke dalam kawasan kantor, diikuti pengawalan dari polisi dan Pejabat Utama (PJU) Polda Sultra.
Sekitar pukul 13.10 Wita, mahasiswa mendesak masuk ke gedung DPRD, namun polisi langsung menutup pagar, bentrokan pun pecah, pagar kawat duri yang dibentangkan polisi dipindahkan ke pinggir jalan.
Beberapa mahasiswa lalu mulai menyerang kantor DPRD dengan batu.
Gemuruh suara lemparan batu diikuti dengan suara kaca yang pecah.
Baca: Terungkap, Presenter TV Asal Kendari Tewas Dibunuh karena Motif Sakit Hati
Polisi langsung membalas dengan semprotan water canon dari dalam gedung.
Konsentrasi massa pun terpecah, ditambah lagi dengan tembakam gas air mata membuat pendemo berlarian.
Bukannya mundur, para pengunjuk rasa semakin terpancing melontarkan batu ke arah polisi.
Bahkan, beberapa bangunan gedung DPRD dan sejumlah motor staf dewan terbakar.