TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Institut Pertanian Bogor (IPB) menghormati proses hukum yang berlaku setelah salah satu dosennya, yaitu Abdul Basith ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak Kepolisian.
"IPB menghormati proses hukum yang berlaku dan akan menunggu kepastian hukum bagi saudara Abdul Basith," ujar Rektor IPB Arif Satri dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Ia berharap, proses hukum tersebut berjalan transparan, akuntabel dan adil.
Baca: Polisi Tetapkan Dosen IPB Sebagai Tersangka Demo Rusuh
Baca: Abdul Basith Diamankan Bersama 5 Rekannya, Begini Profil Dosen IPB dan Peran Pelaku yang Diamankan
"IPB telah memiliki aturan yang jelas tentang norma dan etika dosen, serta ketentuan bagi yang melanggarnya," ucapnya.
Menurutnya, IPB berkomitmen untuk menjaga keutuhan bangsa dan menentang segala aksi kekerasan yang merusak sendi-sendi persatuan, kesatuan bangsa dengan tujuan serta alasan apapun.
"Dalam kondisi apapun juga, IPB juga akan terus berkomitmen untuk senantiasa menjaga ruh dan amanat sebagai lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang mengedepankan kultur academic excellence untuk menghasilkan inovasi yang bermanfaat untuk kemajuan bangsa," paparnya.
Diketahui, polisi telah menetapkan dosen IPB Abdul Basith (AB) dan sejumlah rekan lainnya sebagai tersangka aksi demo rusuh.
"Ya, semua sudah tersangka," ujar Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (1/10/2019).
Dedi mengatakan bahwa AB dijerat dengan sejumlah pasal, salah satunya Pasal 1 ayat (1) UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 atas tindak pidana membuat, menguasai, membawa, menyimpan, mengangkut, menyerahkan dan atau berusaha menyerahkan bahan peledak.
"KUHP 169, ada beberapa pasal yang diterapkan di sini sesuai dengan perbuatan masing-masing. Di sini cukup banyak, baik pasal KUHP maupun pasal-pasal terkait menyangkut masalah Undang-Undang Darurat kepemilikan terhadap bahan peledak," kata dia.
Ia menerangkan bahwa AB berperan sebagai pemasok bom dalam aksi Mujahid 212, Sabtu (29/9) lalu. Selain itu, AB juga merekrut pelaku lain berinisial S alias L untuk memproduksi bom molotov, serta merekrut OS untuk mencari dana bagi eksekutor lapangan.
Berperan
Sebelumnya, Polda Metro Jaya membeberkan peran oknum dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) berinisial AB, yang diamankan karena diduga hendak melakukan kerusuhan saat Aksi Mujahid 212 (28/9) lalu.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengatakan bahwa AB hanya menyimpan 28 molotov yang diduga bakal digunakan saat Aksi Mujahid 212 itu.
"Perannya yang bersangkutan menyimpan 28 molotov untuk mendompleng demo Mujahid 212 dengan melakukan pembakaran-pembakaran di Jakarta," ujar Argo saat dikonfirmasi, Senin (30/9/2019).
Baca: Jubir Gebrak Bantah Aksi Mereka Ditunggangi, Ini Murni dari Hati Rakyat
Menurut Argo, AB telah merencanakan untuk melakukan kerusuhan ditengah-tengah demo Mujahid itu. Namun sebelum rencananya terwujud, polisi sudah lebih dulu menangkapknya.
Argo menegaskan jika AB tidak ikut serta dalam merencanakan demo Mujahid itu. Dirinya menyebut AB hanya ingin membuat kacau aksi tersebut.
"Soal dosen IPB bukan yang merancang demo, bukan. Tapi dia menyimpan bom molotov 28 untuk melakukan pembakaran dan provokasi disitu," tegas Argo.
Seperti diketahui, polisi telah mengamankan enam orang karena diduga akan menyusup saat berlangsungnya aksi Mujahid 212 di Jakarta.
Polisi menciduk enam orang berinisial HAB (44), S (30), YF (50), A (43), SS (61), dan OS (42) yang diduga hendak membuat kekacauan.