TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pakar terorisme Universitas Padjadjaran Bandung, Muradi meminta pemerintah tetap mewaspadai kemungkinan adanya serangan terorisme jelang dan pada hari pelantikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden.
"Ancaman itu mungkin terjadi, jangan disepelekan dan harus segera diantisipasi," ujar pakar terorisme Universitas Padjadjaran Bandung, Muradi dalam diskusi di hotel Ibis Jakarta Jumat (4/10/2019).
Jokowi akan dilantik menjadi presiden dan Maruf Amin menjadi Wakil Presiden, pada 20 Oktober 2019.
Menurut Muradi, teroris mungkin menunggangi aksi aksi demonstrasi yang marak.
"Mereka ini bukan lonewolf, pasti sudah ada jaringan lamanya, bisa JAD, bisa kelompok lain," jelas Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran Bandung ini.
Karena itu Muradi mengatakan, antisipasi terhadap kemungkinan serangan terorisme harus dilakukan oleh semua pihak.
"Jangan hanya mengandalkan kepolisian, warga harus waspada," kata Muradi.
Baca: Ibunda Faizal Amir Ungkap Putranya Akan Dipindah dari Rumah Sakit ke Rumah Sehat
Ustad Abu Fida, mantan napi terorisme membenarkan kekhawatiran Muradi mengenai kemungkinan adanya serangan terorisme.
Abu Fida menjelaskan, kelompok- kelompok terorisme selalu mencari cara baru untuk mewujudkan eksistensi.
"Saya ini mantan. Saya yakin kelompok kelompok ini benar benar ada, bukan rekayasa intelijen," jelas Abu Fida.
Menurut Abu Fida, jenis serangan bisa bervariasi.
"Mulai dari bom, sampai serangan fisik, bisa juga simbolik seperti pengibaran bendera, " ujar Abu Fida.
Oleh karena itu pengamat intelijen Ridlwan Habib menilai kewaspadaan harus ditingkatkan di hari-hari menjelang pelantikan.
"Jelang pelantikan, terutama pada tanggal-tanggal penting, 19 dan 20 Oktober," jelas Ridlwan.
Jelang Pelantikan Jokowi, Densus 88 Tangkap 5 Terduga Teroris
Detasemen Khusus 88 meringkus lima orang terduga teroris. Mereka adalah MR, AA alias Adi, AA alias Anto, W, dan I alias Ako.
Semuanya diciduk di Morowali, Sulawesi Tengah pada Minggu (29/9/2019) lalu.
Para terduga teroris diduga memiliki afiliasi dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
"Kelompok di bawah memersiapkan untuk bisa bergabung dengan kelompok Ali Kalora dan melakukan tindakan-tindakan maupun perencaaan aksi teror di Sulawesi Tengah, tidak menutup bisa bergabung juga dengan kelompok JAD di wilayah jawa," ujar Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol. Dedi Presetyo di Mabes Polri, Rabu (3/10/2019).
Baca: Ngabalin Klaim Situasi di Wamena dan Jayapura Kondusif
Selain mengamankan pelaku, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti, antara kain adalah bom yang sudah dirakit dalam casing botol parfum, anak panah, parang, sangkur, katapel, rangkaian elektronik untuk merakit bom, serta berbagai macam peralatan yang digunakan untuk merakit bom.
"Dari bahan-bahan yang ditemukan ini tidak high explosive, ini masih low explosive," kata Dedi.
Dedi menambahkan bahwa mereka merencakan untuk melakukan aksi amaliyah yang menyasar kantor polisi, Polres, dan Polsek setempat serta kantor pemerintahan yang sudah disurvei.
"Target utamanya adalah aparat kepolisian yang sedang melaksanakan tugas di lapangan baik tugas patroli pengawalan penjagaan baik di tingkat Polsek, Polres menjadi sasaran utamanya," ujar Dedi.
Para terduga teroris saat ini masih diperiksa oleh tim dari Densus 88. Selain itu, Dedi mengatakan pihaknya bersama TNI juga masih mengejar pimpinan kelompok MIT, Ali Kalora yang diduga berada di pegunungan Poso.