TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Karena kemajemukannya, Indonesia sangat rentan dengan potensi-potensi konflik.
Karena itu, bangsa ini memerlukan pirbadi-pribadi yang dapat menjadi agen atau juru damai.
Menjadi juru damai itu diawali dengan kita memiliki pikiran dan hati yang positif.
Dengan demikian, kita akan tulus melihat perbedaan.
Pada akhirnya, pihak-pihak yang akan dan telah berkonflik akan melihat ketulusan kita dalam mendorong perdamaian di Indonesia.
Pesan-pesan tersebut menjadi bahasan utama dalam kegiatan pertemuan para penulis muda dengan Wakil Presiden RI yang diselenggarakan oleh Jenggala Center di Jakarta, Jumat (11/10/2019) siang.
Bekerja sama dengan Kemenpora dan Indonesia Youth Forum serta difasilitasi oleh LP2I, kegiatan ini menciptakan interaksi langsung 28 penulis muda dengan Bapak Jusuf Kalla.
Ibnu Munzir, Ketua Jenggala Center mengatakan bahwa, para penulis tersebut merupakan penulis 25 esai terbaik dari Sayembara Penulisan Esai bertemakan Perdamaian a la JK yang diselenggarakan Jenggala Center tahun lalu.
Dari ratusan esai yang masuk, terjaring 25 esai terbaik yang ditulis oleh 34 penulis muda di Indonesia, dimana beberapa tulisan ditulis oleh tim yang terdiri 2-3 orang.
Ketulusan, keluasan wawasan dan keberanian.
Dalam pesannya, JK – sapaan akrab Jusuf Kalla, menyatakan bahwa selain ketulusan, anak muda Indonesia yang ingin berkontribusi pada perdamaian perlu memperkaya pengetahuan.
Khususnya, JK menekankan, pengetahuan tentang sejarah dan actor-aktor dalam konflik sangat perlu dipelajari.
“Sebelum mendamaikan konflik, seperti di Maluku misalnya, saya membaca banyak buku tentang budaya dan actor-aktor di sana. Jadi ketika orang Islam bilang bahwa konflik hadirnya RMS adalah di Maluku bilang bahwa organisasi separatis itu ditungganngi kelompok non-Islam, saya sampaikan, RMS itu lahir di sebuah kota yang mayoritas Muslim dan empat menterinya adalah Muslim,” pesan JK.
Wapres RI tersebut menyatakan bahwa dengan kita berpengetahuan luas dan punya ketulusan, kita tidak gampang dikalahkan dalam proses mendamaikan sebuah perbedaan. Selain itu, kita juga harus memiliki keberanian.
“Di tempat manapun yang saya kunjungi (untuk mendamaikan konflik), saya putuskan untuk tidak membawa pengawal (khususnya dari militer atau polisi). Karena kalua saya dikawal, berarti orang melihat saya ini penakut,” kisah orang nomor 2 di Indonesia tersebut.
Kepada para pemuda Indonesia, khususnya kepada para penulis muda tersebut, ia berpesan bahwa tulisan yang telah dibuat adalah poin penting yang harus diapresiasi.
Karena, sebelum menulis, pastinya mereka banyak membaca referensi. Hal yang sudah baik itu perlu terus dikembangkan dan disebarkan ke pemuda-pemuda lainnya.
Ikut memandu jalannya diskusi antara Wapres dan para penulis, Ibnu Munzir yang juga pimpinan di Partai Golkar menyatakan bahwa dirinya kagum dengan tangan dingin sang Wapres.
Selain konflik yang sifatnya social, JK berhasil menyelesaikan konflik politik khususnya yang terjadi di Partai Golkar beberapa tahun lalu.
“Ketulusan beliau dalam melihat bahwa pedamaian adalah kunci kesuksesan perlu diapresiasi. Sebab, Partai saya (Partai Golkar) berterima kasih banyak kepada beliau yang berhasil menyatukan perbedaan kami waktu itu. Ketulusan, keluasan wawasan dan keberanian beliau menjadi kunci beliau sukses dalam menjadi juru damai,” tegas Ibnu.
Karena itu, imbuh Ibnu, bukan tidak mungkin upaya-upaya perdamaian yang telah dilakukan oleh JK kelak mendapat penghargaan di dunia internasional seperti Nobel Perdamaian.
Bapak Inspirasi Perdamaian Dunia bagi Pemuda
Dalam kegiatan tersebut, JK mendapatkan penghargaan dari Indonesia Youth Forum (IYF) yang juga ikut hadir dalam pertemuan tersebut.
IYF merupakan organisasi pemuda Indonesia yang fokus mempromosikan nilai-nilai toleransi dan kepemimpinan di kalangan pemuda Indonesia.
Muhammd Abdul Idris, founder sekaligus ketua Pembina IYF memandang bahwa Indonesia yang multikultur akan terus memerlukan pengikat untuk menjaga persatuan dan perdamaian bangsa.
“Pengikat itu adalah kepemimpinan yang kuat dan kemampuan para pemimpin untuk menguatkan toleransi antar kelompok dan agama di Indonesia. Bapak Jusuf Kalla memiliki kedua elemen penting tersebut. Peran besar beliau dalam perdamaian konflik-konflik di Indonesia perlu menjadi inspirasi bagi pemuda Indonesia untuk kelak menjadi pemimpin bangsa ini yang bekerja keras untuk menjaga perdamaian Indonesia.
“Karena itu, Indonesia Youth Forum memberikan penghargaan kepada Bapak Jusuf Kalla sebagai Bapak Inspirasi Perdamaian Dunia bagi Pemuda Indonesia,” ujar Idris.