Sejak itu TH semakin rajin membaca buku yang menurut penuturan Yuspian ukurannya cukup tebal. TH juga semakin tertutup dan pendiam.
Baca: Prabowo & Hermawan Sulistyo Bantah Penusukan Wiranto Rekayasa, Ungkap Banyak Hal yang Meyakininya
"Sejak kecil dia memang dekat dengan ibunya. Sewaktu ibunya almarhum, dia jadi aneh dan fokusnya ke buku itu. Kalau saya ngomong jangan baca buku itu, dia tidak pernah mendengarkan," tutur Yuspian.
Saat pulang ke rumah kontrakan orang tuanya, TH tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar.
Sejak bekerja di sebuah toko daring, TH menyewa kamar kos bersama temannya di kawasan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
"Di lingkungan sini dia memang tidak pernah bergaul. Kalau main di luar wilayah sini. Kalau dengan orang di sini, dia tertutup," kata Yuspian.
Pernah Ikut Pelatihan Penyerangan
Yuspian tidak mengetahui lokasi penangkapan putranya. Saat sejumlah anggota Densus 88 mendatangi rumahnya pada Jumat siang, mereka tidak membawa TH.
"Saya tidak tahu dia ditangkap di mana. Entah di tempat kerjanya atau di kosan karena dia ngekos bersama teman-temannya. Waktu polisi ke sini, tidak bawa Taufik," tutur Yuspian.
Polisi ditemui oleh dua anak Yuspian yang lain karena Yuspian sedang berkeliling berjualan perabotan.
Yuspian tiba di rumahnya pukul 11.00 WIB saat sejumlah petugas Densus 88 mengepung tempat tinggalnya.
Jalan Bambu Larangan yang berada di depan gang rumah Yuspian sempat steril.
Baca: Tak Cuma Edarkan 20kg Sabu, Sipir di Aceh Terbongkar Simpan 40kg Narkoba di Lemari Dapur Rumah Istri
Beberapa petugas Densus 88 bersenjata lengkap dan polisi berpakaian preman mengamankan area sekitar rumah kontrakan Yuspian.
Tim Densus 88 datang untuk mencari beberapa barang bukti keterlibatan TH dalam jaringan terorisme.
Yuspian menuturkan polisi berada di rumahnya selama satu jam, sebelum waktu salat Jumat.