News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Demo Tolak RUU KUHP dan KPK

Kontras Temukan Fakta Baru Terkait Tewasnya 2 Mahasiswa UHO Saat Unjuk Rasa di Kendari

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) melakukan aksi protes di depan Gedung Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019) malam. Dalam aksinya mereka menutup jalan untuk melakukan Salat Istiqasah dan menyalakan lilin sebagai bentuk duka cita atas meninggalnya Randi, mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, yang diduga tewas karena luka tembak saat melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara. Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Untuk Orang Hilang Dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyampaikan hasil investigasinya terkait tertembaknya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, ketika aksi unjuk rasa, Kamis (26/9/2019).

Dua mahasiswa yang meninggal tersebut atas nama Muhammad Yusuf Kardawi dan La Randi.

Investigasi dilakukan KontraS dengan melakukan wawancara terhadap lima saksi di lapangan yang melihat dua peristiwa penembakan tersebut.

KontraS juga melakukan komunikasi dengan lembaga perwakilan negara dalam hal ini Ombudsman perwakilan Sulawesi Tenggara.

Baca: Denmark Open 2019: Jadwal Tanding Babak 32 Besar Mulai Siang hingga Dini Hari

Selain itu, KontraS melakukan pendalaman terhadap tim kuasa hukum yang melakukan proses pendampingan terhadap korban dan saksi peristiwa tersebut dan juga melakukan kroscek data dengan jurnalis di Kendari.

Dari investigasi tersebut, mereka menduga dua orang mahasiswa tersebut mengalami penembakan.

Dalam video pertama yang ditampilkan Kepala Divisi Pembelaan Hak Asasi Manusia Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Arif Nur Fikri, terlihat Yusuf tersungkur ke arah depan.

Ia menjelaskan, seorang saksi yang diwawancarainya, tembakan senjata api berasal dari arah samping yakni Kantor Disnaker oleh orang yang diduga aparat kepolisian berpakaian preman saat hendak menolong Yusuf.

Baca: Sosok Sulli Eks f(x), Artis Korea yg Meninggal Bunuh Diri: Perjalanan Karir, Asmara, hingga Hobinya

Hal tersebut terlihat dari video kedua yang ditunjukannya.

Saksi lain yang ditemuinya juga menyatakan bahwa setelah Yusuf tersungkur, aparat kepolisian yang berseragam dan tidak berseragam kemudian menghampiri Yusuf dari arah depan.

Saksi mengatakan seorang aparat kepolisian berseragam memukuli Yusuf dengan menggunakan tongkat.

Selain itu, saksi juga melihat tubuh Yusuf dipengangi oleh orang yang diduga aparat kepolisian berpakaian preman sambil membawa senjata api di tangan kanannya.

Beberapa saksi lain juga melihat aparat kepolisian membawa senjata api dan beberapa saksi menemukan beberapa selongsong di dekat tempat Yusuf terjatuh.

Dalam foto yang ditampilkan, terlihat luka terbuka di tengkorak kepala belakang Yusuf yang juga dikonfirmasi oleh teman Yusuf yang membawanya ke rumah sakit.

Baca: 5 Artis Korea yang Tewas Diduga Bunuh Diri Gegara Depresi: Sulli Eks f(x) hingga Lee Eun Joo

Saksi tersebut juga mengatakan melihat samar-samar ada lubang di kepala Yusuf yang mengeluarkan darah.

"Kami menduga penembakan Yusuf Kardawi persis di samping kantor Dinas Ketenagakerjaan. Karena info awal menyebutkan korban Muhammad Yusuf Kardawi ini meninggal karena ada luka pukul di kepala. Tetapi ketika kita mengkroscek dengan rekan-rekan dan beberapa saksi, bahwa ada dugaan kemungkinan Yusuf mengalami luka tembak," kata Arif di Kantor KontraS, Senin (14/10/2019).

Meski begitu, Arif belum dapat mengkonfrimasi terkait dugaan tembakan tersebut langsung atau serpihan proyektil.

Terkait tindakan negara, KontraS menyayangkan sampai saat ini kepolisian baru melakukan proses penindakan terhadap adanya anggota yang membawa senjata api, tapi tidak fokus terhadap siapa pelaku yang melakukan penembakan terhadap Yusuf dan La Randy.

"Itu karena beberapa saksi mengkonfirmasi bahwa baik dari sisi depan maupun samping dalam hal ini kantor Disnaker, mereka melihat banyak anggota kepolisian di lokasi dua korban itu jatuh," kata Arif.

Ia juga mengatakan, saat ia melakukan investigasi ia mengkonfirmasi ke beberapa pihak bahwa Komnas HAM maupun Kompolnas, belum melakukan tindakan-tindakan yang dinilainya cukup signifikan sebagaimana mandat yang diberikan kepada dua lembaga tersebut.

"Ketiga, LPSK baru melakukan perlindungan terhadap dokter yang mengautopsi La Randi itupun karena dorongan dari pihak Ombudsman Perwakilan. Sementara terhadap saksi-saksi itu belum ada proses perlindungan yang diberikan LPSK," kata Arif.

Menurutnya, hal itu penting karena juga jadi bagian dalam memperlancar proses pemeriksaan dan beberapa saksi ketakutan ketika memberikan keterangan atau bersaksi terkait peristiwa tersebut.

Polri akan transparan

Mabes Polri menegaskan akan transparan atau terbuka kepada masyarakat terkait penyebab meninggalnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari, Sulawesi Tenggara, saat berunjuk rasa, Kamis (26/9) kemarin. 

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan saat ini tim investigasi gabungan tengah bekerja mengusut insiden tersebut atas perintah Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. 

"Tim investigasi gabungan akan bekerja. Polri tentunya, pihak universitas dan pihak terkait masuk dalam tim investigasi gabungan, untuk membuka apa penyebab meninggalnya dua mahasiswa. Kita akan buka setransparan mungkin," ujar Iqbal, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (27/9/2019). 

Baca: Direktur Program ICJR Sebut Motif Ananda Galang Dana Agar Demo Tidak Ditunggangi

Apabila memang aparat terbukti yang menjadi pelaku, ia menegaskan Polri akan menindak tegas kepada yang bersangkutan. 

"Apabila pelakunya nanti terbukti secara scientific aparat, kita akan proses hukum pidana sesuai mekanismenya. Kita akan tindak tegas, apabila aparat," imbuhnya. 

Namun, jenderal bintang dua itu tetap mengingatkan bahwa harus mengedepankan asas praduga tak bersalah dalam kasus ini.

Pasalnya, unjuk rasa-unjuk rasa tersebut rawan disusupi atau ditunggangi oleh pihak ketiga yang memang berniat membuat kerusuhan. 

Oleh karenanya, Iqbal mengimbau agar seluruh masyarakat, khususnya mahasiswa agar tidak terpancing isu yang diduga dimainkan oleh pihak ketiga. 

"Tapi ingat kita harus kedepankan asas praduga tak bersalah, kita tak tahu apakah ada yang bermain. Apakah ada pihak ketiga yang ingin menciptakan martir memicu gelombang kerusuhan lebih besar," kata dia. 

"Kami mengimbau seluruh masyarakat dan adik-adik mahasiswa tidak terpancing isu-isu dari pihak ketiga, untuk mengambil keuntungan, gelombang anarkis semakin besar. Percayakan pada kami, kepada tim investigasi gabungan," tandasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini