News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polemik APBD DKI Jakarta

PSI Sesalkan 2 Kadis Mundur saat Polemik APBD Jakarta, Ini Pesan Rian Ernest untuk Anies Baswedan

Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota DPRD DKI Jakarta Ketua fraksi PSI Idris Ahmad (kanan) bersama Jubir DPW PSI DKI Jakarta Rian Ernest memberikan keterangan kepada wartawan tetang sikap PSI yang mempermasalahkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyalahkan dan menghukum Aparatur Sipil Negara yang mengangarkan pengadaan lem Aibon sebesar Rp 82,8 Milyar dan mudurnya dua pejabat eselon II pasaca ramainya usulan usulan angaran fantastis yang viral dibicarakan publik.

TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Rian Ernest menyesalkan dua kepala dinas pemerintah provinsi DKI Jakarta mengundurkan diri.

Mereka adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) DKI Jakarta, Sri Mahendra dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudyaan, Edy Junaidy.

Hal tersebut diungkapkan Rian dalam konferensi pers PSI di lantai 4 Gedung DPRD DKI Jakarta, diunggah di kanal YouTube KOMPASTV , Senin (4/11/2019).

Rian mendesak Anies Baswedan untuk bertanggung jawab terhadap polemik yang sedang tejadi, bukan menyalahkan bawahan.

Juru Bicara PSI Rian Ernest (Istimewa)

Rian menyebut PSI berpandangan Anies Baswedan merupakan seorang pejabat yang dipilih melalui pemilu kepada daerah dan mempunyai tanggung jawab politik.

Wewenang yang dimiliki oleh Anies Baswedan juga besar dan merupakan pimpinan tertinggi di Pemprov DKI Jakarta.

Rian mengingatkan Anies Baswedan bahwa ia memiliki Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) yang terdiri dari puluhan anggota.

Rian berpendapat TGUPP tidak melakukan pemeriksaan dokumen anggaran sehinga polemik yang saat ini sedang ramai diperbincangkan muncul.

"Kami menyesalkan adanya peristiwa di mana dua kepala dinas itu mundur dari jabatannya," terang Rian.

"Kami berpandangan Gubernur Anies Baswedan ini pada akhirnya adalah seorang pejabat yang dipilih melalui pilkada dan memiliki tanggung jawab politik."

"Wewenang Gubernur Anies Baswedan ini begitu besar, dan beliau suka tidak suka adalah pimpinan tertinggi di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta," tuturnya.

Dengan adanya tim berjumlah puluhan anggota, seharusnya ketika proses perencanaan anggaran juga diikuti dengan pemeriksaan dokumen.

"Gubernur Anies Baswedan juga memiliki tim yang begitu besar TGUPP yang sejumlah puluhan orang yang seharusnya pada saat proses penganggaran ini juga melakukan pemeriksaan kembali dokumen-dokumen penganggaran," kata Rian.

"Tetapi juga mungkin ini tidak dilakukan, sehingga akhirnya polemik-polemik yg kita dengarkan beberapa hari ini soal misalkan lem aibon, merupakan satu gejala adanya proses yang tidak berjalan baik dan ini berujung dengan mundurnya dua kepala dinas."

Dalam konferensi pers itu, Rian juga mengatakan kepada Anies Baswedan untuk bekerja dengan baik bukan kerja kaleng-kaleng.

Rian mengingatkan Anies Baswedan untuk mengelola uang pajak dari rakyat dengan sebaik mungkin.

Sehingga tidak bisa jika bekerja setengah-setengah.

Rian juga menjelaskan Anies Baswedan harus bekerja dengan baik untuk memeriksa secara rinci anggaran.

Ia berharap  Anies Baswedan dapat memperbaiki cara kerja dan tidak menyalahkan sistem atau anak buahnya.

"Sekali lagi kami tekankan, Gubernur Anies Baswedan, Anda ini mengelola uang pajak dari keringat rakyat," jelas Rian.

"Tidak bisa kerja setengah-setengah, tidak bisa kerja kaleng-kaleng istilah kami, anda harus bekerja dengan sungguh-sungguh. Untuk memeriksa secara rinci anggaran-anggaran."

"Perbaikilah cara kerja pak Gubernur Anies Baswedan, dan tidak menyalahkan sistem apalagi menyalahkan anak buah. Demikian."

Sebelumnya, Anies Baswedan ketika ditanyai mengenai adanya angka fantastis di usulan APBD DKI Jakarta tahun 2020 menyebut itu adalah kesalahan sistem.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan di Balai Kota DKI, Jumat (01/10/2019) (wartakota.tribunnews.com)

Ia menilai jika sistem e-budgeting yang digunakan pintar, maka sistem tersebut akan melakukan verifikasi.

Sehingga tidak akan ada angka yang aneh dalam dokumen tersebut karena dinilai tidak proporsional dengan kegiatan tertentu. 

(Tribunnews.com/Febia Rosada Fitrianum)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini