TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Pol Idham Azis mengaku sempat tak yakin ditunjuk sebagai pengganti Jenderal Pol (Purn) Tito Karnavian.
Bahkan, Idham mengatakan sempat gemetar saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) memintanya menjadi Kapolri.
Hal itu disampaikan Idham Azis saat menerima Panji Tribrata dari Tito di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/11/2019).
Baca: Dimana Saja Tito Karnavian Berada, Idham Azis Sebut Polri Siap Mengamankan
Baca: Idham Azis Panggil Tito Karnavian Pak Haji di Acara Sertijab Kapolri
Baca: Kapolri: 14 Bulan ke Depan Saya Wakafkan Diri untuk Institusi Polri
Idham dengan lantang menyebut ketakutannya menjadi Kapolri melebih saat ditugaskan menangani sejumlah kasus terorisme, seperti operasi menangkap kelompok Santoso alias Abu Wardah di Poso, Sulteng.
"Saya tidak persiapkan diri saya jadi orang ilmiah, orang yang pertama saya lapor, saya tangkap Santoso berbulan-bulan tidak takut, tapi ditunjuk Kapolri saya gemetar," ungkap Idham Azis.
Selain itu, lulusan akademi kepolisian tahun 1988 ini juga mengaku tak pandai memberikan sambutan di depan umum.
Maka dari itu, ia pun meminta maklum pada seluruh jajaran Polri terkait gaya bicaranya.
"Saya paling takut kalau jadi Kapolri itu ceramah. Istri saya selalu ingatkan agar jangan kepleset. Maaf gaya saya seperti inilah, saya tidak tahu kenapa Presiden pilih saya," ucapanya.
Ia memastikan akan bekerja dengan sungguh-sungguh hingga akhir masa tugasnya di Korps Bhayangkara. Meski, terhitung masa tugas Idham hanya 14 bulan.
"Amanah ini merupakan tanggungjawab dan saya akan wakafkan diri saya selama 14 bulan kedepan untuk memberikan pengabdian terbaik kepada institusi polri," kata Idham.
Mantan Kabareskrim Polri itu menambahkan, akan meneruskan seluruh program yang dicanangkan oleh para pendahulunya.
Seperti meningatkan soliditas TNI-Polri sebagai pilar NKRI.